Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, disaat itu di sebuah SMU Negeri terkenal dikota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya. Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.
Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.
Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusain-kusain pintu-pintu kelas disekolah ini. Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden.Diantara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.
Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal diatas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnyapun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.
Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra disekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.
Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa didalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.
Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda Wulandari, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya dikala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya. Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.
Posisinya kini bersujud dihadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat didalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi. Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik didalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.
Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya didalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah disaat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.
“Beres Yon…, pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.
“OK…sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja…”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum.
Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada didalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi didalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.
Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat didalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan didalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk kedalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.
“Gue dulu ya….”, ujarku ke Charles.
“Ok boss….”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.
Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya. Dari daerah pantat tanganku turun kebawah kedaerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk kedalam roknya serta naik keatas kebagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.
Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMUnya sampai sepinggang.
“Waw indah nian….gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.
Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menagis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki. Disaat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.
Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan…
”Hmmmpphhhh……”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.
Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya. Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya.
Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.
Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku kedalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan disekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku. Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam didalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah…ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.
Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk dilantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku didalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar.
Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat. Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit diselangkangannya.
Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya. Dan,
“Aakkk…akkkhh…oohh….ooh…iihh…o ohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.
Suaranya menggema diseluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.
Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia terlentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias disekitar bibir kemaluannya.
“Ohh..jangann bang…ampun…bang...ooohh…sakitt t sekali..bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku didalam lobang vaginanya.
“Aakkhh…”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku kedalam lobang kemaluannya.
Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus
“Ohh…enngghh…oohh…ohhh…oohh…”.
Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.
“Aakkhhh…” akupun menejan, tubuhku mengeras. Croot…croottt….croott… akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku didalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.
Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik. Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam didalam lobang kemaluannya.
Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya.
Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku didalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.
“Ouugghhhh….”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.
Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya.
Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tatto yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.
Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu,
“Srett…sreettt…sreett…brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.
Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit dipinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.
“Ouuhh…ammpuunn…bang…ampun…”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.
Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat.
Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku. Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk kedalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian dikala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan
“Aaakkhhhhh……..”.
Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda.
“Aakkhh….” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.
Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras.Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka. Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.
Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri.Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih menganga itu.
Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk didalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya disekujur batang kemaluanku.Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.
“Ahh..ahh…ah…”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda.
Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi.Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi dilubang dubur Adinda.Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda.Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda.Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah…nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.
Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi didalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.
Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.
Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku disamping Adinda, akhirnya akupun tertidur.
Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang. Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini disana. Disisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan didalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.
Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.
Kamis, 20 Mei 2010
malam yang naas
Vira melirik arlojinya. Terlihat jarum-jarum arlojinya menunjukkan sudah jam 11 lebih seperempat malam. Hari itu adalah hari ulang tahun sahabatnya Merry yang dirayakan di club Dragon Fly dibilangan Jalan Gatot Subroto Jakarta selatan. Walaupun hari ini adalah hari kerja terakhir dalam seminggu, yaitu hari jumat, tetapi besok jam 10 pagi Vira harus bertemu dengan kawan-kawan semasa SMA di Surabaya dulu.
Vira bekerja di salah satu perusahaan perdagangan di bilangan Sudirman. Sudah 3 tahun terakhir ini ia tinggal di Jakarta seorang diri dengan mengontrak rumah di daerah radio dalam. Sebagai seorang manejer di usia 29 tahun, Vira merupakan sosok idaman para pria. Berbadan tegap dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kilogram, Vira memiliki postur yang mendekati sempurna, ditambah ukuran payudara yang tergolong besar, 36 C.
“Fren, gue cabut dulu ya… Besok ada reunian SMA nih.”
“Oke deh, makasih ya udah ngeramein acara ultah gue…” Jawab Merry ketika Vira berpamitan.
Setelah berpamitan serta cipika-cipiki dengan teman-temannya yang ikut memeriahkan acara tersebut, Vira mengambil tas kecilnya di meja dan beranjak keluar menuju tempat mobilnya di parkir.
Sambil mendengarkan alunan musik RNB dari CD player di mobil Peogeot 206 warna hitam hadiah ulang tahun dari ayahnya, Vira mengambil sebatang rokok Marlboro Light Menthol dan mulai menghisapnya. Saking asiknya, ia tidak begitu memperhatikan ada 2 sepeda motor jenis RX King yang mulai mengikuti sejak lampu merah di perempatan Blok M Plaza. Kedua motor yang masing-masing dikendarai 2 orang itu mengikuti Vira secara perlahan.
“Ini Boss inceran kita?” Sonny memastikan calon korban mereka ke Seto yang mengendarai motor yang ditumpangi Sonny.
“Iya, mudah-mudahan aja bisa sesuai ama rencana kita. Kalo bisa dapet banyak, kita pulang kampung aja abis itu.” Jawab Seto yang merupakan otak dari aksi ini.
“Si Jaja ama Rijal bakal ngeduluin dia, nunggu di deket rumahnya Son.” Lanjut Seto sambil memberi kode ke arah Jaja, sepeda motor satunya lagi, untuk mendahului Vira menuju rumahnya dan menunggu disana untuk beraksi.
“Gue percaya lah ama rencana lu Boss…” Lanjut Sonny yang diikuti senyum bengis Seto di balik helemnya.
Tidak berapa lama kemuadian, Vira sampai di belokan terakhir menuju rumah kontrakannyanya. Ia secara perlahan menyerongkan moncong mobil ke arah pagar rumah kontrakannya dan berhenti. Tanpa ada perasaan curiga, Vira turun dari mobilnya dengan maksud untuk membuka pagar rumah kontrakannya yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Vira selalu melakukan hal tersebut sendiri belakangan ini karena sudah 3 minggu ini mbok Minah pulang ke kampungnya. Biasanya ia cukup menelfon ke rumahnya melalui henfonnya, dan mbok Minah yang akan membukakan pintu pagar untuk Vira.
Tanpa disadari Vira, Rijal yang membonceng Jaja, yang dari tadi telah menunggu di selokan kering di depan rumah kontrakan Vira, menyelinap masuk ke kabin belakang bagian kiri Peugeot hitam tersebut ketika Vira sedang berusaha membuka gembok pagar rumahnya. Dengan berjalan sambil berjongkok, rijal merangkak untuk bersembunyi di balik kursi supir mobil tersebut sambil mempersiapkan celurit yang dibawanya. Suara mesin mobil membuat gerak-gerik rijal tidak terdengar oleh Vira.
Dari jarak sekitar 50 meter, Seto dan Sonny mematikan mesin motornya dan menyembunyikannya di balik pohon nangka yang cukup rindang milik tetangga Vira. Mereka menunggu momen untuk bertindak, sedangkan Jaja masih bersembunyi di dalam selokan tempat dimana ia tadi bersama Rijal bersembunyi.
Pintu pagar telah berhasil dibuka Vira dan didorongnya sampai terbuka lebar. Ia berjalan kembali kearah mobil. Dibukanya pintu Peugeot hitamnya dan Vira kembali duduk di belakang kemudi untuk memasukkan mobilnya ke dalam rumahnya. Begitu Vira menutup pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk memasukkan gigi perseneling, tanpa diduganya, Rijal keluar dari persembunyiannya sambil mengalungkan celuritnya ke leher Vira.
“Jangan macem-macem, nanti gue potong leher lu…” bisik Rijal.
Vira tersentak kaget. Tiba-tiba tubuhnya jadi lemas, kakinya gemetar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangguk. Pada saat itu juga Seto, Sonny dan Jaja menghampiri.
“Masukin mobilnya..!!” perintah Rijal pelan tapi tegas.
Dengan kaki yang gemetar Vira menginjak pedal koping dan memasukkan gigi. Peugeot hitam itupun masuk ke dalam rumah walaupun dengan sedikit tersendat-sendat diikuti motor yang ditumpangi Seto dan Sonny. Dan terakhir, Jaja menyusul tanpa lupa menutup pagar terlebih dahulu.
Kini mereka berada di dalam garasi rumah kontrakan Vira yang cukup besar. Rijal mengeluarkan sebuah saputangan dan menggumpal-gumpalkannya.
“Masukin mulut lo nih..!!!” perintahnya. “Inget, kalo teriak… leher putus”
Dengan amat terpaksa Vira mengikuti perintah tadi. Dimasukkannya gumpalan saputangan itu kedalam mulutnya. Walaupun ada perasaan jijik, mungkin saja saputangan itu bekas mengelap ingus pria tak dikenal itu, Vira berusaha untuk tidak membuat Rijal marah atau tersinggung.
“Ayo keluar..!”
Vira membuka pintu mobilnya. Di luar, Seto, Sonny dan Jaja sedah menunggu. Yang membuat mental Vira lebih jatuh lagi, dia melihat Sonny memegang sebatang golok besar yang panjangnya tak kurang dari 50 cm.
“Mana kuncinya?” tanya Seto.
Vira merogoh kedalam tas kecilnya. Saking paniknya, ia tidak dapat menemukan benda yang ia cari. Akhirnya Jaja merebut tas Gucci dari tangan Vira dan menghamburkan isinya ke lantai.
Setelah kunci yang dicari ketemu, Jaja segera membuka pintu utama rumah kontrakan Vira. Mereka masuk secara berturut-turut. Pertama Jaja masuk, diikuti Seto kemudian Vira yang mulutnya disumpal saputangan. Debelakangnya ada Sonny dengan goloknya dan Rijal terakhir sambil megunci pintu kembali dari dalam.
“Gak usah diidupin semua lampunya, satu aja, biar gak mencurigakan.” Atur Seto.
“Cewe ini lo bawa ke sana, iket yang kenceng.” Lanjut pada Sonny sambil menunjuk sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar tamu. “Lo jagain dia. Jangan sampe kabur. Kalo ngelawan , gorok aja.”
“Oke Boss…” jawab Sonny sambil menggiring Vira ke kamar itu.
Di dalam, Sonny menghidupkan lampu kecil yang cahayanya cukup menerangi seisi ruangan. Diambilnya seutas tali dari tas pinggang yang dipakainya. Sewaktu dia mau mengikat Vira, tiba-tiba terlintas pikiran iseng diotaknya.
Didekatinya Vira yang berdiri di pojokan ruangan. Di keluarkannya saputangan yang menyumpal yang sudah dibasahi liur dari mulut Vira. Saputangan basah itu dilempar Sonny ke tempat sampah kecil di dekat tempat tidur.
“Jam boleh juga tuh.”
“Ini, ambil aja Bang. Tag Hauer...”jawab Vira cepat. “Ambil aja apa yang Abang mau, tapi saya jangan diapa-apain…” Suara memelas keluar dari mulut Vira yang tak berdaya.
Setelah jam tangan itu dikantongi Sonny… “Kalung, cincin, lepas semua deh.”
Dengan segera Vira mengikuti kemauan Sonny karna takut dengan golok mengkilat yang sekali tebas, dia yakin lehernya bisa langsung putus.
“Sekarang buka baju lo..!!!”
“Jangan Bang…” suara Vira bergetar. Panik mulai menguasai dirinya. Air mata menitik dari sudut mata Vira.
“Mau gue gorok..??” nada mengancam keluar dari mulut Sonny.
Dengan ragu-ragu, Vira mulai membuka kancing kemeja kerjanya yang cukup ketat, yang menonjolkan dengan jelas payudaranya. Satu persatu kancing dibukanya. Belahan dada Vira mulai mengintip dibalik blousenya.
“Bbaaang… Ampun Bang…. Jangan perkosa saya…” pintanya. Tapi Sonny tidak bergeming, ia malah menghunuskan goloknya ke dada Vira, sambil melakukan gerakan untuk menyuruhnya tetap membuka bajunya.
Sonny mulai merasa batang kemaluannya mengembang. Dada besar Vira merangsang gairah seksualnya. Tapi Sonny gak mau terburu-buru. Dia mau main-main sedikit dulu sama Vira. Jarang-jarang ada cewek cakep dan semok pasrah begini.
Setelah semua kancing terlepas, Vira membuka blousenya. Gundukan payudara Vira benar-benar luar biasa. Terlebih saat itu Vira memakai beha yang kelihantannya sedikit kekecilan sehingga terlihat menuh-menuhin bungkusnya. Sepertinya payudara Vira berontak ingin keluar.
“Rok juga..!!” perintah Sonny sambil memberi aba-aba dengan goloknya untuk melepas rok yang dipakai Vira.
Vira membuka kancing dan resleting roknya, kemudian menurunkannya sampai ke lantai. Ketika ia menurunkan roknya, mata Sonny terpaku pada kedua payudara Vira yang menggantung ketika Vira menunduk hendak menurunkan roknya. Kemaluan Sonny jadi terasa ngilu karenanya.
Kini tubuh Vira hanya ditutupi oleh celana dalam dan beha saja. Pemandangan yang menakjubkan. Jantung Sonny berdebar-debar.
Sonny mendekati Vira yang sudah setengah telanjang dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pikiran Vira sudah ciut membayangkan apa yang akan terjadi. Bahkan Vira sebenarnya tidak berani untuk membayangkannya. Sonny dengan cekatan mengikat tangan Vira kebelakang punggungnya dengan seutas tali plastik berwarna biru. Simpul ikatan yang dibuat Sonny tidak terlalu kencang, tapi amat susah untuk dibuka. Setelah kedua tangan Vira terikat dengan kuat, Sonny mengikat kedua kaki Vira menjadi satu dengan ikatan yang sama seperti tangannya.
Sonny mengambil saputangan basah tadi dari tempat sampah yang sempat dia buang sebelumnya dan menyumpal kembali mulut Vira. Air mata kembali menetes dari ujung mata Vira membasahi pipinya. Dalam keadaan berdiri, Sonny membalikkan tubuh Vira sehingga posisinya berada dibelakang Vira. Tiba-tiba saja Sonny membekap tubuh Vira dari belakang dan tangannya menggerayangi payudara Vira yang masih terbungkus beha hitam. Pelan-pelan Sonny menyelipkan tangannya ke balik beha Vira sambil terus meremas-remas payudara Vira. Sesekali ia memainkan putting Vira.
“Tetek lo montok banget say…” bisik Sonny ke kuping Vira sambil menikmati daging montoknya.
Vira tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan matanya sambil mengeluarkan air mata yang menetes dari sudut matanya.
Sementara itu, gerombolan rampok lainnya sudah hampir selesai menguras isi rumah. Uang tunai, surat berharga, perhiasan, TV, Audio set, handphone, laptop, BPKB mobil bahkan sampai jam meja Vira diangkut. Di kamar Vira Rijal menemukan segepok uang Dollar Amerika senilai USD 15,000. Tak lupa diambilnya juga cincin emas dan kalung berlian Vira yang bernilai puluhan juta rupiah. Semua sudah mereka masukkan ke mobil Vira.
Jam menunjukkan pukul 1 kurang 5 menit dini hari, saatnya untuk pergi. Seto, Sonny dan Jaja pergi menghampiri rijal ke kamar tamu.
“Waaahhh…. lagi ada yang asyik nih…” ujar Seto ketika ia mendapati Rijal sedang asik meremas-remas payudara Vira. Vira menoleh kearah pintu. Pikirannya kalang kabut. Ia membayangkan apa yang mungkin terjadi pada dirinya pada menit-menit kemudian. Satu orang saja sudah membuatnya takut, sekarang 3 orang lagi akan bergabung melengkapi mimpi buruknya. Tapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Vira ngeri sendiri membayangkannya.
Seto mendekati Vira sambil mengeluarkan sebilah pisau komando dari pinggangnya. Rijal dengan perlahan melepaskan remasan tangannya pada kedua payudara Vira. Ditempelkannya pisau itu oleh Seto ke leher Vira. Tubuh Vira gemetaran. Ia tidak siap untuk mati malam itu.
“Lo teriak, gue gorok…!!!”
Kemudian Seto mengambil saputangan yang menyumpal mulut Vira. Bibir Vira bergetar ketakutan. Jangankan untuk teriak, untuk bernafas saja dia sangat takut. Tapi diberanikannya untuk berbicara.
“Jjjjjangan bbbbbunuh ssssssaya Bang….” pinta Vira.
“Yah.. tergantung…. Lo bisa bikin gue gak bunuh elo gak…?!?!?” ujar Seto dingin sambil memotong tali beha di kedua pundak dan belahan dada Vira. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Payudara Vira yang mengkal ukuran 36 C dengan putting coklat muda. Kemudian Seto memerintahkan Rijal melepaskan ikatan pada kaki dan tangan Vira.
Vira memejamkan matanya. Hal yang ditakutkannya bertambah mendekati kenyataan. Dalam pikirannya, keempat perampok ini akan memperkosanya secara bergantian dan kemudian membunuhnya.
“Ya Allah… tttolong ssssayaaa….” ucap Vira lirih. Ia menyesal sekali selama ini tidak berlaku sebagai seorang muslim yang taat. Sholatnya bolong-bolong. Hutang puasa gak pernah dibayar. Hidupnya diisi dengan hura-hura, mabuk-mabukan dan seks dengan pacar-pacarnya. Mungkin ini balasannya di dunia. Dalam keadaan seperti ini terlintas di benak Vira, jika ia masih hidup besok, ia akan menjadi orang yang taat beribadah dan rajin bersedekah.
Untuk beberapa saat Seto hanya terdiam menikmati pemandangan indah tersebut. Kulit Vira mulus sekali. Perlahan batang penis Seto mulai mengeras.
Seto mundur beberapa langkah sampai akhirnya ia duduk di tepi tempat tidur.
“Ayo.. isep kontol gue..!!”
Nafas Vira terhenti. Di pejamkan matanya. Suara tangis yang tertahan terdengan dari mulutnya.
“Jjjaangan Bang…. Tttolong Bang, jjjjangan…..”
“Mau ngisep ato mau gue potong tetek lo…?!?!?” bentak Seto keras.
Dengan langkah gontai Vira berjalan kearah Seto dan berlutut di hadapan Seto. Jaja, Sonny dan Rijal hanya melongo membayangkan yang sebentar lagi terjadi. Batang-batang penis mereka sudah menjulang menanti giliran.
“Sekarang buka celana gue..!! perintah Seto.
“Bbbang… amppppun Bang…”
Sambil menjambak rambut Vira dengan kuat sampai tubuh Vira terangkat keatas, Seto berbisik ketelingan Vira. “Sekali lagi lo ngerengek, gue potong leher lo. Trus mayat lo gue perkosa rame-rame..!!!”
“Aadduuuhhh…” rintih Vira ketika dijambak Seto.
Dengan perlahan Vira melepaskan sabuk Seto, membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya. Ditariknya jeans belel dan bau itu sampai lepas dari kaki Seto. Dari balik celana dalam Seto, terlihat batang penis yang besar tersembunyi dan siap untuk melengkapi mimpi buruknya. Hati Vira makin ciut.
Dipelorotkannya celana dalam Seto sampai lepas. Vira terkesima melihat ukuran penis Seto. Selama ini, dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria yang kemaluannya sebesar Seto. Didekatinya batang penis itu. Sambil memejamkan mata perlahan dimasukkannya kedalam mulutnya. Vira mencoba untuk menahan napas menahan bau tak sedap dari daerah selangkangan Seto yang membuatnya mual.
“Ayo isep yang bener..!! kata Seto sambil menarik rambut Vira membuat gerakan maju mundur sehingga penisnya masuk semua ke mulut Vira.
“Aahhh…” desah Seto sambil memajamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir dan lidah Vira.
Vira terus mengeluar-masukkan penis dibantu gerakan tangan seto dikepalanya. Tiba-tiba Seto menjatuhkan badannya dan terlentang diatas tempat tidur sehingga penisnya keluar dari mulut Vira. Diangkatnya kedua kakinya keudara seakan-2 dia duduk di kursi.
“Jilatin dubur gue..!!!
Dengan persaan jijik Vira mendekati dubur Seto dan mulai menjilatnya. Aroma tak sedap membuatnya mual dan ingin muntah. Selama ini dalam berhubungan seks, biasanya para laki-laki lah yang menjilati selangkangan hingga duburnya bersih. Rasanya memang luar biasa. Tapi kali ini dia yang harus melakukan pekerjaan menjijikan itu. Belum lagi pikiran bahwa pemerkosanya ini tidah cebok dengan bersih. Hal ini membuatnya tambah mual. Tapi ketakutannya membuat ia menahan mual itu.
Selama beberapa lama Vira sibuk menjilati dubur dan kedua biji Seto. Ia tidak tau kapan ini akan berakhir. Tiba-tiba Seto bangun dan berdiri di sisi tempat tidur. Batang penisnya yang mengkilat dilapisi ludah Vira tegang menghunus.
Dengan kasar Seto menjambak rambut Vira yang sedang berlutut hingga berdiri. Dengan cepat Seto morobek celana dalam hitam, pembungkus tubuh Vira satu-satunya, dengan bantuan pisau komando yang tetap dipegangnya.
KREEEK….KREEEKK….
Vira berdiri telanjang bulat tanpa selembar benangpun melindungi tubuhnya. Ia amat malu sekali, membuatnya menunduk sambil memejamkan mata. Tapi ia benar-benar tak berdaya, tak tau harus berbuat apa. Ia hanya pasrah, semoga mimpi buruk ini cepat berlalu.
“Mmaama… tttolong Virraa…” ucap Vira pelan disela-sela tangisnya.
Seto kembali duduk di tepian tempat tidur. Dengan pelan, ditariknya pinggul Vira dengan kedua tangannya. Kini posisi Vira berdiri tepat di depan Seto yang duduk di tepian tempat tidur.
“Ayo, naik..!!” perintah Seto.
Vira menaikkan kaki kanannya ke tepi tempat tidur dah diikuti kaki kirinya. Sekarang, posisi muka Seto tepat berhadapan dengan belahan dada Vira. Kedua kaki Vira mengangkang mengapit kedua paha Seto.
Dengan pelan Seto mulai melebarkan pahanya, membuat kangkangan Vira semakin lebar. Secara perlahan pula tubuh Vira turun dan lubang vaginanya semakin mendekati batang penis Seto. Vira semakin panik. Penis Seto terlalu besar untuknya. Ditambah vaginanya dalam keadaan kering kerontang.
Tapi Vira tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya. Air matanya kembali deras mengalir.
Kini ujung kepala penis Seto sudah menyentuh ujung vaginanya.
“Aduuuuuhhh….. Sakiiiittt….” rintih Vira ketika ujung kepala penis Seto mulai menembus pertahanannya.
Seto tidak bergeming. Rintihan kesakitan Vira melah membuat birahinya semakin menjadi. Diremasnya kedua payudara Vira dengan kuat.
“Aaaaahhhh…..” Vira kembali merintih kesakitan.
Seketika itu juga Seto langsung menarik tubuh Vira kebawah, membuat sisa penisnya amblas, masuk ke liang vagina Vira.
“AAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHH……… ..” jerit Vira kencang. Kepalanya melayang ke belakang menahan rasa sakit di vaginanya.
Untuk beberapa saat Seto menikmati kehangatan lubang vagina Vira. Tangannya berhenti meremas payudara Vira sebentar, kemudian mulai lagi. Seto juga mulai menciumi dan menjilati leher Vira secara brutal.
Secara perlahan Seto mulai mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira yang kering. Dari lambat, bertahap semakin cepat.
“AAAGGHHH… EEEKKKHHH… AAAAAAGGGHHHH… UUUGGGHHHHHH….” Suara yang terdengar berulang-ulang dari mulut Vira. Napasnya tersenggal-senggal. Matanya merem-melek menahan sakit di pangkal pahanya. Seto amat menikmati momen ini. Kini kedua tangannya melingkar memeluk Vira dengan kuat, sedang mulutnya asik menjilati payudara Vira dan sesekali menggigitnya. Keringat dengan deras mengucur dari sekujur tubuh Vira.
Dalam rasa panik dan sakit yang amat sangat di vaginanya, Vira tiba-tiba merasa liang vaginanya sedikit berair. Ia pun semakin panik. Ia tahu pasti bahwa batang penis Seto telah merobek dinding-dinding vaginanya hingga berdarah.
“Sssaaakiiittt…. Ssssaaakitt…. Ssssaaakiittt….” rintih berulang-ulang.
Tak berapa lama Seto berhenti memompa penisnya. Ia berdiri dan membalikkan badannya sehingga posisi Vira melayang di tempat tidur. Dihempaskannya tubuh Vira ke kasur hingga jatuh terlentang. Sonny, Jaja dan rijal langsung datang membatu Seto. Jaja memegang kaki kiri Vira, Rijal kaki kanannya. Mereka menarik kedua kaki Vira ke arah yang berlawanan ia mengangkang mengekspos lubang vaginanya yang ditumbuhi jembut-jembut halus. Sedangkan Sonny naik ke atas menarik tangan Vira keatas memperlihatkan kedua ketiaknya yang plontos dan mulus sehingga posisi Vira terlihat seperti huruf Y.
Seto mengambil lakban di atas meja dalam kamar itu. Ditariknya sepanjang kurang-lebih 20 cm, dan dirobeknya. Vira memperhatikan apa yang dikerjakan Seto dengan kebingungan. Apa yang akan ia lakukan kepada dirinya?
Tanpa diduga, Seto menempelkan lakban tersebut ke vagina Vira sampai lubang duburnya, menutupi juembut-jembut halus Vira. Vira masih belum menangkap maksud Seto. Tiba-tiba, dengan sekuat tenaga, Seto menarik lakban itu secara seketika.
“AAAAAGGGGGGGGGGGGGKKKKKKKKHHH HHHHHH……………….” Vira menjerit. Kepalanya kembali melayang kebelakang dan matanya terpejam menahan sakit. Air matanya sampai ikut keluar juga.
Dengan sekejab, bulu-bulu jembut Vira tercabut seketika dan kini nempel di lakban. Vagina dan dubur Vira kini mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Tanpa buang, waktu Seto menerjang tubuh Vira dan kembali membombardir liang vaginanya.
“AAAAGGGGHHHH… AAAGGHHHHH… AAAAGGGHHH… AAAGGGGHHH… AAAAGGGHHHH….. EEEKKKHHHHH….”
Vira tak dapat berfikir. Otaknya tidak dapat menerima kejadian ini. Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit di vaginanya. Ia berharap supaya Seto segera orgasme dan mimpi buruk ini berakhir. Tapi Seto tidah secepat itu. Ia benar-benar membuat Vira semakin menderita. Sementara itu tubuh Vira sudah basah kuyub oleh keringatnya sendiri.
Teman-teman Seto memberi semangat pada rekannya yang sedang berada di syurga dunia.
“Ayo To… Sikat terus sampe ledess…” kata Sonny.
“HAHAHAHAHAHA……”
“Jangan berisik, gue mau keluar nih…”
Seto mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan batang penisnya ke liang vagina Vira. Ia dapat merasakan sebentar lagi cairan spermanya akan segera keluar. Sementara Vira bertambah panik, khawatir Seto mengeluarkannya di dalam vaginanya.
“Jjjangan kkeluarin di dalem Bang… Aaaggghhh….”
Seto tidak menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan kecepatannya. Sebentar lagi ia orgasme.
“Ooooogggghhhhhhhhhh…..” desah Seto sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Vira. Vira dapat merasakan cairan hangat mulai mengisi rongga vaginanya.
“Cccaaabutttttttt Baaaaaang……. Aaaaaggghhhhhh….. Ccccaaabuuuttttt….” rintih Vira sambil berusaha mengeluarkan batang penis Seto dari vaginanya. Tapi usahanya sia-sia.
Untuk beberapa saat Seto terdiam, memuntahkan seluruh isi testikelnya. Kemudian ia terkejang-kejang. Setelah itu Seto menjatuhkan badannya ke atas badan Vira. Keringat mereka bercampur. Penis Seto masih tertancap dalam lubang vagina Vira.
Dalam keadaan lemas Seto masih sempat meremas-remas payudara Vira sambil mulutnya menciumi mulut Vira. Vira menangis sejadi-jadinya. Ia takut menjadi hamil.
Akhirnya Seto bangkit, mencabut penisnya dari vagina Vira yang kini penuh spermanya sambil berkata, “Ayo… giliran siapa sekarang…?”
Ketiga rekannya berdiri dan membuka pakaian mereka sampai telanjang bulat.
“Jjjaangannnn Bang… Uddaaahhhh…. Ssssaakit….. Gak ssaangggup llagiiii….” rintih Vira memelas. Tapi perampok-perampok itu tidak menggubrisnya.
Sementara Vira masih terlentang lemas di atas tempat tidur. Keringat mengalir deras diri sekujur tubuhnya sampai ikut membasahi spey dibawahnya. Perlahan Jaja berdiri menghunuskan penisnya ke arah vagina Vira.
“Aaaagggggggghhhhhhhh…..” rintih Vira ketika Jaja memasukkan penisnya sekaligus. Kali ini Jaja tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam menembus pertahanan Vira. Ia terbantu oleh cairan sperma Seto yang masih tertinggal dalam liang vagina Vira.
Dengan cepat Jaja mengeluar-masukkan penisnya seperti layaknya ingin memasukkanya sampai ke usus Vira. Tangannya memegang paha Vira, menarik dan mendorong untuk membatu gerakannya. Isak tangis Vira kembali terdengar.
“Aaaaggghhhh….. Uugggggghhhhh….. Aaaaggggghhhhhhh…” Kali ini rintihan Vira tidak sekeras sewaktu Seto memperkosanya. Hal ini disebabkan sakit yang ia rasakan sudah sedikit berkurang karna vaginanya sudah tidak seseret tadi.
Sementara itu, tanpa disadari Vira, Sonny bergerak dan berlulut diatas dadanya. Ketika Vira baru menyadarinya, Sonny langsung memasukkan penisnya yang sudah bertegangan tinggi itu ke dalam mulut Vira.
“Eehheehhhggggg……Yyyyaaaangggg gaaaaaaaaaan wwaaaaaaaaanggggggggggg….” rintih Vira tak jelas. Kini masalah Vira bertambah. Selain rasa sakit pada vaginanya, suplai oksigennya terhambat oleh penis Sonny yang cukup besar.
Sonny mengeluar-masukkan penisya dengan cepat sambil menjambak rambut Vira dengan kuat. Dunia Vira kini hanya berkisar antara satu penis dimulut dan satu lagi di vaginanya. Pikiran Vira tak menentu. Ia tak tau kapan perkosaan ini akan berakhir. Apakah perampok-perampok biadab itu akan berhenti setelah mereka puas memperkosanya?
“Boss… memeknya manteb benerr….” kata Jaja sembari mengeluar-masukkan penisnya. “Pantes Seto enjoy banget tadi…”
“Iye nih, jangankan memeknya, mulutnya aja enak…” jawab Sonny.
“HAHAHAHHHHAAH……..” tawa pemerkosa-pemerkosa itu.
“Gue berani tarohan, nih cewek pasti emang sering diewek ama temen-temennya.” kata Rijal manambahkan sambil mengelus-elus penisnya menanti giliran.
“Aduhhh…. Gue mau keluar nih….”
Jaja mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira. Ia dapat merasakan orgasme hebat yang sebentar lagi terjadi. Mendengarnya, Vira menjadi panik lagi. Saat ini vaginanya sudah dipenuhi cairan sperma Seto. Apa jadinya bila Jaja menambahkannya. Dia pasti akan hamil.
“Aaaaaaggggghhhhhhhh………..” Jaja menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Vira. Ditahannya penisnya di dalam sampai seluruh spermanya keluar. Vira dapat merasakan kembali semburan cairan hangat di dalam lubang vaginanya. Dalam keadaan mulut tersumpal penis Sonny, isak tangis nya kembali terdengar,
Tiba-tiba Sonny menarik rambut Vira sehingga seluruh batang penisnya hilang di dalam mulut Vira dan menahannya untuk beberapa saat. Kemudian…
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhgggggg gggg….”
Sonny menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Vira. Mata Vira terbelalak. Ia tidak dalam keadaan siap untuk hal ini. Akibatnya, Vira tersedak, dan mau tak mau ia harus menelan seluruh sperma Sonny.
Setelah memastikan tak ada sperma lagi yang tersisa, Jaja mencabut batang penisnya dari vagina Vira. Terlihat cairan putih kental menetes perlahan dari lubang vagina turun ke dubur Vira dan akhirnya ke atas sprey. Rupanya vagina Vira sudah kepenuhan sehingga tak cukup lagi menampung sperma Jaja dan Seto sekaligus. Dengan perasaan puas Jaja memperhatikan cairan sperma-nya yang sebagian besar keluar lagi dari vagina Vira.
“Wah… bakalan hamil nih cewek…” ujarnya sambil tersenyum puas.
“Huahahahhaaa…..” tawa rekan-rekan lainnya, sementara Sonny masih menikmati hangatnya mulut Vira sebelum akhirnya ia mencabut penisnya dari mulut Vira dan duduk di samping kepalanya.
Mulut Vira belepotan karna ia tidak dapat menelan semua sperma Sonny. Saat ini Vira terlihat seperti bintang filem porno yang baru melakukan aksi gangbang. Terlentang bugil diatas kasur dengan kedua kaki mengangkang. Keringat memenuhi sekujur tubuhnya membuat tubuhnya mengkilat. Sperma terlihat berceceran di mulut dan vaginanya.
Untuk beberapa saat mereka membiarkan Vira tergolek telentang sambil menangis terisak-isak. Kedua tangannya menutupi mukanya menahan malu. Apa salah dirinya sehingga harus mendapat musibah ini.
Rijal tidak memberi waktu lama buat Vira untuk beristirahat. Beberapa detik kemudian ia menarik kaki Vira yang sedang telentang keluar dari tempat tidur. Rijal membiarkan pinggang sampai kepala Vira tetap berada di atas kasur. Kemudian dengan sekali gerakan, ia memutar tubuh Vira sihingga posisinya kini tengkurap dengan lutut jatuh ke lantai. Rupanya Rijal akan menyodomi Vira dengan gaya doggie-style.
Menyadari yang akan terjadi, Vira berusaha untuk berontak. Ia amat menentang hubungan sodomi. Selama ini beberapa kekeasihnya pernah memintanya untuk melakukan aksi sodomi, tapi tak ada satupun yang dikabulkan. Menurut pandangan Vira, sodomi merendahkan martabat perempuan. Belum lagi penyakit kelamin yang mungkin ditimbulkan. Oleh karna itu kali ini ia berusaha melawan.
“Jangaaannnnnnn…. Gaaak maauuuuuu….”
Tapi tenaga keempat perampok itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Seto menahan punggung Vira dengan menekannya ke tempat tidur, sedangkqn Sonny menahan kepala Vira.
“Ayo hajar Jal..” kata Seto
Melihat perlawanan yang diberikan Vira, Rijal semakin terangsang. Dengan segera ia memasukkan batang penisnya ke dalam lubang dubur Vira. Secara perlahan dimasukkannya ujung kepala penisnya. Lubang dubur Vira masih perawan, sehingga agak sulit untuk menembusnya.
“Aaaaagghhhh….” desah Rijal ketika kepala penisnya masuk.
“Addduuuuuhhhhhh…. Sakkiiiiiittttt Bannggg… Ampuuunnnnn…. Cabbbbuuuttt Bbaaaaaaang……”
Rijal menikmati rintihan Vira. Dimasukkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi. Ketika pinis rijal sudah separohnya masuk ke lubang dubur Vira, dengan seketika Rijal mendorong sisa penisnya sekaligus kedalam dubur Vira.
“AAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHH…..” jerit Vira kencang sambil setengah melompat.
Kali ini sakitnya jauh lebih parah dibandingkan ketika Seto pertama kali memperkosanya tadi. Vira dapat merasakan Penis Rijal merobek dinding-dinding uterusnya. Ia terus teriak menahan rasa sakit yang amat sangat di liang duburnya.
Karna khawatir teriakan Vira dapat memancing kecurigaan tetangga, Jaja, yang masih dalam keadaan bugil, naik ketempat tidur dan duduk di hadapan muka Vira. Ia memberi kode pada Sonny yang menahan kepala Vira. Dalam sekejap, penis Jaja kini menyumpal mulut Vira, menghentikan teriakan kesakitannya.
Rijal mulai mengeluar-masukkan penisnya ke dalam liang dubur Vira. Ia amat menikmati sempitnya dubur Vira yang masih perawan itu. Rijal tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kotoran-kotoran sisa pencernaan dalam usus Vira akan menempel pada batang penisnya. Ia berkonsentrasi mengeluar-masukkan penisnya saja.
Vira mearung-raung dalam kesakitan. Tapi yang terdengar hanyalah desahan desahan dan isak tangis, karna mulutnya tersumpal penis Jaja
“Eeeegggghhhh…. Eeeggghhhhh… Eeeggghhhhh… Hhhhuuuggggghhhhhhh….”
Rijal tak sanggup menahan orgasmenya lebih lama lagi. Ia memuncratkan seluruh isi testikelnya ke dalam lubang dubur Vira.
“AAaahhhhhhhhhhh…..” desah Rijal puas. Ia mendapatkan orgasme hebat yang diikuti dengan kejang-kejang di sekujur tubuhnya. Rijal membiarkan penisnya di dalam dubur Vira untuk beberapa saat dan akhirnya mencabutnya. Diikuti Jaja, mencabut batang penisnya dari mulut Vira. Para perampok dan pemerkosa biadab itu membiarkan Vira terbaring tengkurap lemas.
Rijal mendapati penisnya di tutupi kotoran-kotoran sisa pencernaan dari usus Vira. Bau tak sedap mulai tercium.
“Anjing… bau banget tai nih cewek…” kata Sonny sambil menutup hidungnya.
“Cakep-cakep, tainya tetep aja bau yah Boss…” sambung Jaja.
“Yang namanya tai mah sama aja baunya, goblok… Mau tainya Britney Spears kek.. yah baunya kayak gini juga…” jawab Seto sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Jal, lo bersihin deh kontol lu di sana.” Lanjut Seto sambil menunjuk kamar mandi di pojokan kamar. “Entar kena penyakit lagi lu…”
“Oke Boss…” Rijal kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan membersihkan penisnya sampai bersih.
Seto mendekati Vira dan menarik seluruh tubuhnya ke atas kasur dan membalikkan badannya sehingga kini Vira dalam posisi telentang. Vira kini dalam keaadaan tidak sadarkan diri. Sakit pada saat Rijal menyodominya membuatnya pingsan. Dari lubang dubur dan vaginanya, cairan sperma bercampur darah menetes perlahan, menggenangi sprey putih tempat tidurnya.
Sejenak mereka menikmati pemandangan ini. Tubuh Vira mendekati sempurna. Sedikit berotot karna dia rajin fitness dan di perindah dengan 2 buah gunung yang besar.
“Mati ga Boss..??” tanya Jaja ke Seto.
“Enggak, pingsan doang. Kita cabut deh dari sini.” jawab Seto sambil melirik arloji jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setenagh lima lewat. Artinya, dalam waktu kurang-lebih 4 jam mereka secara bergantian memperkosa Vira.
Keempat penjahat itu meninggalkan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri dalam kamar itu. Mereka bergegas ke luar. Mobil Peugeot 206 hitam Vira yang berisi harta rampokan mereka dibawa oleh Seto menuju tempat persembunyian mereka. Sedang anggota rampok lainnya pergi dengan motornya masing-masing.
Penutup
Vira ditemukan oleh 3 teman laki-lakinya yang akan menjemputnya untuk datang ke acara reuni SMA mereka sekitar jam 9 pagi. Mereka mendapati pintu-pintu di rumah Vira tidak terkunci. Mereka masuk dan mencarinya ke seluruh ruangan dalam rumah. Salah satu dari mereka menemukan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri di salah satu kamar rumah itu. Sisa-sisa sperma masih terlihat di mulut dan sekitar selangkangannya. Sebelum memanggil ambulans, ketiga temannya itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto bugil Vira dalam keadaan pingsan itu. Mereka berencana akan menyebarkan foto-foto tersebut di jaringan internet lewat komunitas dunia maya mereka, ******.
Setelah 7 bulan perawatan medis dan psikologis, Vira kembali beraktivitas dalam kegiatan sehari-harinya. Ia sudah mulai bisa menerima kejadian naas pada malam itu. Tetapi ia tak dapat menghapus kejadian tersebut dari memorinya. Sampai kapan pun…
TAMAT
Vira bekerja di salah satu perusahaan perdagangan di bilangan Sudirman. Sudah 3 tahun terakhir ini ia tinggal di Jakarta seorang diri dengan mengontrak rumah di daerah radio dalam. Sebagai seorang manejer di usia 29 tahun, Vira merupakan sosok idaman para pria. Berbadan tegap dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kilogram, Vira memiliki postur yang mendekati sempurna, ditambah ukuran payudara yang tergolong besar, 36 C.
“Fren, gue cabut dulu ya… Besok ada reunian SMA nih.”
“Oke deh, makasih ya udah ngeramein acara ultah gue…” Jawab Merry ketika Vira berpamitan.
Setelah berpamitan serta cipika-cipiki dengan teman-temannya yang ikut memeriahkan acara tersebut, Vira mengambil tas kecilnya di meja dan beranjak keluar menuju tempat mobilnya di parkir.
Sambil mendengarkan alunan musik RNB dari CD player di mobil Peogeot 206 warna hitam hadiah ulang tahun dari ayahnya, Vira mengambil sebatang rokok Marlboro Light Menthol dan mulai menghisapnya. Saking asiknya, ia tidak begitu memperhatikan ada 2 sepeda motor jenis RX King yang mulai mengikuti sejak lampu merah di perempatan Blok M Plaza. Kedua motor yang masing-masing dikendarai 2 orang itu mengikuti Vira secara perlahan.
“Ini Boss inceran kita?” Sonny memastikan calon korban mereka ke Seto yang mengendarai motor yang ditumpangi Sonny.
“Iya, mudah-mudahan aja bisa sesuai ama rencana kita. Kalo bisa dapet banyak, kita pulang kampung aja abis itu.” Jawab Seto yang merupakan otak dari aksi ini.
“Si Jaja ama Rijal bakal ngeduluin dia, nunggu di deket rumahnya Son.” Lanjut Seto sambil memberi kode ke arah Jaja, sepeda motor satunya lagi, untuk mendahului Vira menuju rumahnya dan menunggu disana untuk beraksi.
“Gue percaya lah ama rencana lu Boss…” Lanjut Sonny yang diikuti senyum bengis Seto di balik helemnya.
Tidak berapa lama kemuadian, Vira sampai di belokan terakhir menuju rumah kontrakannyanya. Ia secara perlahan menyerongkan moncong mobil ke arah pagar rumah kontrakannya dan berhenti. Tanpa ada perasaan curiga, Vira turun dari mobilnya dengan maksud untuk membuka pagar rumah kontrakannya yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Vira selalu melakukan hal tersebut sendiri belakangan ini karena sudah 3 minggu ini mbok Minah pulang ke kampungnya. Biasanya ia cukup menelfon ke rumahnya melalui henfonnya, dan mbok Minah yang akan membukakan pintu pagar untuk Vira.
Tanpa disadari Vira, Rijal yang membonceng Jaja, yang dari tadi telah menunggu di selokan kering di depan rumah kontrakan Vira, menyelinap masuk ke kabin belakang bagian kiri Peugeot hitam tersebut ketika Vira sedang berusaha membuka gembok pagar rumahnya. Dengan berjalan sambil berjongkok, rijal merangkak untuk bersembunyi di balik kursi supir mobil tersebut sambil mempersiapkan celurit yang dibawanya. Suara mesin mobil membuat gerak-gerik rijal tidak terdengar oleh Vira.
Dari jarak sekitar 50 meter, Seto dan Sonny mematikan mesin motornya dan menyembunyikannya di balik pohon nangka yang cukup rindang milik tetangga Vira. Mereka menunggu momen untuk bertindak, sedangkan Jaja masih bersembunyi di dalam selokan tempat dimana ia tadi bersama Rijal bersembunyi.
Pintu pagar telah berhasil dibuka Vira dan didorongnya sampai terbuka lebar. Ia berjalan kembali kearah mobil. Dibukanya pintu Peugeot hitamnya dan Vira kembali duduk di belakang kemudi untuk memasukkan mobilnya ke dalam rumahnya. Begitu Vira menutup pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk memasukkan gigi perseneling, tanpa diduganya, Rijal keluar dari persembunyiannya sambil mengalungkan celuritnya ke leher Vira.
“Jangan macem-macem, nanti gue potong leher lu…” bisik Rijal.
Vira tersentak kaget. Tiba-tiba tubuhnya jadi lemas, kakinya gemetar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangguk. Pada saat itu juga Seto, Sonny dan Jaja menghampiri.
“Masukin mobilnya..!!” perintah Rijal pelan tapi tegas.
Dengan kaki yang gemetar Vira menginjak pedal koping dan memasukkan gigi. Peugeot hitam itupun masuk ke dalam rumah walaupun dengan sedikit tersendat-sendat diikuti motor yang ditumpangi Seto dan Sonny. Dan terakhir, Jaja menyusul tanpa lupa menutup pagar terlebih dahulu.
Kini mereka berada di dalam garasi rumah kontrakan Vira yang cukup besar. Rijal mengeluarkan sebuah saputangan dan menggumpal-gumpalkannya.
“Masukin mulut lo nih..!!!” perintahnya. “Inget, kalo teriak… leher putus”
Dengan amat terpaksa Vira mengikuti perintah tadi. Dimasukkannya gumpalan saputangan itu kedalam mulutnya. Walaupun ada perasaan jijik, mungkin saja saputangan itu bekas mengelap ingus pria tak dikenal itu, Vira berusaha untuk tidak membuat Rijal marah atau tersinggung.
“Ayo keluar..!”
Vira membuka pintu mobilnya. Di luar, Seto, Sonny dan Jaja sedah menunggu. Yang membuat mental Vira lebih jatuh lagi, dia melihat Sonny memegang sebatang golok besar yang panjangnya tak kurang dari 50 cm.
“Mana kuncinya?” tanya Seto.
Vira merogoh kedalam tas kecilnya. Saking paniknya, ia tidak dapat menemukan benda yang ia cari. Akhirnya Jaja merebut tas Gucci dari tangan Vira dan menghamburkan isinya ke lantai.
Setelah kunci yang dicari ketemu, Jaja segera membuka pintu utama rumah kontrakan Vira. Mereka masuk secara berturut-turut. Pertama Jaja masuk, diikuti Seto kemudian Vira yang mulutnya disumpal saputangan. Debelakangnya ada Sonny dengan goloknya dan Rijal terakhir sambil megunci pintu kembali dari dalam.
“Gak usah diidupin semua lampunya, satu aja, biar gak mencurigakan.” Atur Seto.
“Cewe ini lo bawa ke sana, iket yang kenceng.” Lanjut pada Sonny sambil menunjuk sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar tamu. “Lo jagain dia. Jangan sampe kabur. Kalo ngelawan , gorok aja.”
“Oke Boss…” jawab Sonny sambil menggiring Vira ke kamar itu.
Di dalam, Sonny menghidupkan lampu kecil yang cahayanya cukup menerangi seisi ruangan. Diambilnya seutas tali dari tas pinggang yang dipakainya. Sewaktu dia mau mengikat Vira, tiba-tiba terlintas pikiran iseng diotaknya.
Didekatinya Vira yang berdiri di pojokan ruangan. Di keluarkannya saputangan yang menyumpal yang sudah dibasahi liur dari mulut Vira. Saputangan basah itu dilempar Sonny ke tempat sampah kecil di dekat tempat tidur.
“Jam boleh juga tuh.”
“Ini, ambil aja Bang. Tag Hauer...”jawab Vira cepat. “Ambil aja apa yang Abang mau, tapi saya jangan diapa-apain…” Suara memelas keluar dari mulut Vira yang tak berdaya.
Setelah jam tangan itu dikantongi Sonny… “Kalung, cincin, lepas semua deh.”
Dengan segera Vira mengikuti kemauan Sonny karna takut dengan golok mengkilat yang sekali tebas, dia yakin lehernya bisa langsung putus.
“Sekarang buka baju lo..!!!”
“Jangan Bang…” suara Vira bergetar. Panik mulai menguasai dirinya. Air mata menitik dari sudut mata Vira.
“Mau gue gorok..??” nada mengancam keluar dari mulut Sonny.
Dengan ragu-ragu, Vira mulai membuka kancing kemeja kerjanya yang cukup ketat, yang menonjolkan dengan jelas payudaranya. Satu persatu kancing dibukanya. Belahan dada Vira mulai mengintip dibalik blousenya.
“Bbaaang… Ampun Bang…. Jangan perkosa saya…” pintanya. Tapi Sonny tidak bergeming, ia malah menghunuskan goloknya ke dada Vira, sambil melakukan gerakan untuk menyuruhnya tetap membuka bajunya.
Sonny mulai merasa batang kemaluannya mengembang. Dada besar Vira merangsang gairah seksualnya. Tapi Sonny gak mau terburu-buru. Dia mau main-main sedikit dulu sama Vira. Jarang-jarang ada cewek cakep dan semok pasrah begini.
Setelah semua kancing terlepas, Vira membuka blousenya. Gundukan payudara Vira benar-benar luar biasa. Terlebih saat itu Vira memakai beha yang kelihantannya sedikit kekecilan sehingga terlihat menuh-menuhin bungkusnya. Sepertinya payudara Vira berontak ingin keluar.
“Rok juga..!!” perintah Sonny sambil memberi aba-aba dengan goloknya untuk melepas rok yang dipakai Vira.
Vira membuka kancing dan resleting roknya, kemudian menurunkannya sampai ke lantai. Ketika ia menurunkan roknya, mata Sonny terpaku pada kedua payudara Vira yang menggantung ketika Vira menunduk hendak menurunkan roknya. Kemaluan Sonny jadi terasa ngilu karenanya.
Kini tubuh Vira hanya ditutupi oleh celana dalam dan beha saja. Pemandangan yang menakjubkan. Jantung Sonny berdebar-debar.
Sonny mendekati Vira yang sudah setengah telanjang dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pikiran Vira sudah ciut membayangkan apa yang akan terjadi. Bahkan Vira sebenarnya tidak berani untuk membayangkannya. Sonny dengan cekatan mengikat tangan Vira kebelakang punggungnya dengan seutas tali plastik berwarna biru. Simpul ikatan yang dibuat Sonny tidak terlalu kencang, tapi amat susah untuk dibuka. Setelah kedua tangan Vira terikat dengan kuat, Sonny mengikat kedua kaki Vira menjadi satu dengan ikatan yang sama seperti tangannya.
Sonny mengambil saputangan basah tadi dari tempat sampah yang sempat dia buang sebelumnya dan menyumpal kembali mulut Vira. Air mata kembali menetes dari ujung mata Vira membasahi pipinya. Dalam keadaan berdiri, Sonny membalikkan tubuh Vira sehingga posisinya berada dibelakang Vira. Tiba-tiba saja Sonny membekap tubuh Vira dari belakang dan tangannya menggerayangi payudara Vira yang masih terbungkus beha hitam. Pelan-pelan Sonny menyelipkan tangannya ke balik beha Vira sambil terus meremas-remas payudara Vira. Sesekali ia memainkan putting Vira.
“Tetek lo montok banget say…” bisik Sonny ke kuping Vira sambil menikmati daging montoknya.
Vira tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan matanya sambil mengeluarkan air mata yang menetes dari sudut matanya.
Sementara itu, gerombolan rampok lainnya sudah hampir selesai menguras isi rumah. Uang tunai, surat berharga, perhiasan, TV, Audio set, handphone, laptop, BPKB mobil bahkan sampai jam meja Vira diangkut. Di kamar Vira Rijal menemukan segepok uang Dollar Amerika senilai USD 15,000. Tak lupa diambilnya juga cincin emas dan kalung berlian Vira yang bernilai puluhan juta rupiah. Semua sudah mereka masukkan ke mobil Vira.
Jam menunjukkan pukul 1 kurang 5 menit dini hari, saatnya untuk pergi. Seto, Sonny dan Jaja pergi menghampiri rijal ke kamar tamu.
“Waaahhh…. lagi ada yang asyik nih…” ujar Seto ketika ia mendapati Rijal sedang asik meremas-remas payudara Vira. Vira menoleh kearah pintu. Pikirannya kalang kabut. Ia membayangkan apa yang mungkin terjadi pada dirinya pada menit-menit kemudian. Satu orang saja sudah membuatnya takut, sekarang 3 orang lagi akan bergabung melengkapi mimpi buruknya. Tapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Vira ngeri sendiri membayangkannya.
Seto mendekati Vira sambil mengeluarkan sebilah pisau komando dari pinggangnya. Rijal dengan perlahan melepaskan remasan tangannya pada kedua payudara Vira. Ditempelkannya pisau itu oleh Seto ke leher Vira. Tubuh Vira gemetaran. Ia tidak siap untuk mati malam itu.
“Lo teriak, gue gorok…!!!”
Kemudian Seto mengambil saputangan yang menyumpal mulut Vira. Bibir Vira bergetar ketakutan. Jangankan untuk teriak, untuk bernafas saja dia sangat takut. Tapi diberanikannya untuk berbicara.
“Jjjjjangan bbbbbunuh ssssssaya Bang….” pinta Vira.
“Yah.. tergantung…. Lo bisa bikin gue gak bunuh elo gak…?!?!?” ujar Seto dingin sambil memotong tali beha di kedua pundak dan belahan dada Vira. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Payudara Vira yang mengkal ukuran 36 C dengan putting coklat muda. Kemudian Seto memerintahkan Rijal melepaskan ikatan pada kaki dan tangan Vira.
Vira memejamkan matanya. Hal yang ditakutkannya bertambah mendekati kenyataan. Dalam pikirannya, keempat perampok ini akan memperkosanya secara bergantian dan kemudian membunuhnya.
“Ya Allah… tttolong ssssayaaa….” ucap Vira lirih. Ia menyesal sekali selama ini tidak berlaku sebagai seorang muslim yang taat. Sholatnya bolong-bolong. Hutang puasa gak pernah dibayar. Hidupnya diisi dengan hura-hura, mabuk-mabukan dan seks dengan pacar-pacarnya. Mungkin ini balasannya di dunia. Dalam keadaan seperti ini terlintas di benak Vira, jika ia masih hidup besok, ia akan menjadi orang yang taat beribadah dan rajin bersedekah.
Untuk beberapa saat Seto hanya terdiam menikmati pemandangan indah tersebut. Kulit Vira mulus sekali. Perlahan batang penis Seto mulai mengeras.
Seto mundur beberapa langkah sampai akhirnya ia duduk di tepi tempat tidur.
“Ayo.. isep kontol gue..!!”
Nafas Vira terhenti. Di pejamkan matanya. Suara tangis yang tertahan terdengan dari mulutnya.
“Jjjaangan Bang…. Tttolong Bang, jjjjangan…..”
“Mau ngisep ato mau gue potong tetek lo…?!?!?” bentak Seto keras.
Dengan langkah gontai Vira berjalan kearah Seto dan berlutut di hadapan Seto. Jaja, Sonny dan Rijal hanya melongo membayangkan yang sebentar lagi terjadi. Batang-batang penis mereka sudah menjulang menanti giliran.
“Sekarang buka celana gue..!! perintah Seto.
“Bbbang… amppppun Bang…”
Sambil menjambak rambut Vira dengan kuat sampai tubuh Vira terangkat keatas, Seto berbisik ketelingan Vira. “Sekali lagi lo ngerengek, gue potong leher lo. Trus mayat lo gue perkosa rame-rame..!!!”
“Aadduuuhhh…” rintih Vira ketika dijambak Seto.
Dengan perlahan Vira melepaskan sabuk Seto, membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya. Ditariknya jeans belel dan bau itu sampai lepas dari kaki Seto. Dari balik celana dalam Seto, terlihat batang penis yang besar tersembunyi dan siap untuk melengkapi mimpi buruknya. Hati Vira makin ciut.
Dipelorotkannya celana dalam Seto sampai lepas. Vira terkesima melihat ukuran penis Seto. Selama ini, dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria yang kemaluannya sebesar Seto. Didekatinya batang penis itu. Sambil memejamkan mata perlahan dimasukkannya kedalam mulutnya. Vira mencoba untuk menahan napas menahan bau tak sedap dari daerah selangkangan Seto yang membuatnya mual.
“Ayo isep yang bener..!! kata Seto sambil menarik rambut Vira membuat gerakan maju mundur sehingga penisnya masuk semua ke mulut Vira.
“Aahhh…” desah Seto sambil memajamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir dan lidah Vira.
Vira terus mengeluar-masukkan penis dibantu gerakan tangan seto dikepalanya. Tiba-tiba Seto menjatuhkan badannya dan terlentang diatas tempat tidur sehingga penisnya keluar dari mulut Vira. Diangkatnya kedua kakinya keudara seakan-2 dia duduk di kursi.
“Jilatin dubur gue..!!!
Dengan persaan jijik Vira mendekati dubur Seto dan mulai menjilatnya. Aroma tak sedap membuatnya mual dan ingin muntah. Selama ini dalam berhubungan seks, biasanya para laki-laki lah yang menjilati selangkangan hingga duburnya bersih. Rasanya memang luar biasa. Tapi kali ini dia yang harus melakukan pekerjaan menjijikan itu. Belum lagi pikiran bahwa pemerkosanya ini tidah cebok dengan bersih. Hal ini membuatnya tambah mual. Tapi ketakutannya membuat ia menahan mual itu.
Selama beberapa lama Vira sibuk menjilati dubur dan kedua biji Seto. Ia tidak tau kapan ini akan berakhir. Tiba-tiba Seto bangun dan berdiri di sisi tempat tidur. Batang penisnya yang mengkilat dilapisi ludah Vira tegang menghunus.
Dengan kasar Seto menjambak rambut Vira yang sedang berlutut hingga berdiri. Dengan cepat Seto morobek celana dalam hitam, pembungkus tubuh Vira satu-satunya, dengan bantuan pisau komando yang tetap dipegangnya.
KREEEK….KREEEKK….
Vira berdiri telanjang bulat tanpa selembar benangpun melindungi tubuhnya. Ia amat malu sekali, membuatnya menunduk sambil memejamkan mata. Tapi ia benar-benar tak berdaya, tak tau harus berbuat apa. Ia hanya pasrah, semoga mimpi buruk ini cepat berlalu.
“Mmaama… tttolong Virraa…” ucap Vira pelan disela-sela tangisnya.
Seto kembali duduk di tepian tempat tidur. Dengan pelan, ditariknya pinggul Vira dengan kedua tangannya. Kini posisi Vira berdiri tepat di depan Seto yang duduk di tepian tempat tidur.
“Ayo, naik..!!” perintah Seto.
Vira menaikkan kaki kanannya ke tepi tempat tidur dah diikuti kaki kirinya. Sekarang, posisi muka Seto tepat berhadapan dengan belahan dada Vira. Kedua kaki Vira mengangkang mengapit kedua paha Seto.
Dengan pelan Seto mulai melebarkan pahanya, membuat kangkangan Vira semakin lebar. Secara perlahan pula tubuh Vira turun dan lubang vaginanya semakin mendekati batang penis Seto. Vira semakin panik. Penis Seto terlalu besar untuknya. Ditambah vaginanya dalam keadaan kering kerontang.
Tapi Vira tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya. Air matanya kembali deras mengalir.
Kini ujung kepala penis Seto sudah menyentuh ujung vaginanya.
“Aduuuuuhhh….. Sakiiiittt….” rintih Vira ketika ujung kepala penis Seto mulai menembus pertahanannya.
Seto tidak bergeming. Rintihan kesakitan Vira melah membuat birahinya semakin menjadi. Diremasnya kedua payudara Vira dengan kuat.
“Aaaaahhhh…..” Vira kembali merintih kesakitan.
Seketika itu juga Seto langsung menarik tubuh Vira kebawah, membuat sisa penisnya amblas, masuk ke liang vagina Vira.
“AAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHH……… ..” jerit Vira kencang. Kepalanya melayang ke belakang menahan rasa sakit di vaginanya.
Untuk beberapa saat Seto menikmati kehangatan lubang vagina Vira. Tangannya berhenti meremas payudara Vira sebentar, kemudian mulai lagi. Seto juga mulai menciumi dan menjilati leher Vira secara brutal.
Secara perlahan Seto mulai mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira yang kering. Dari lambat, bertahap semakin cepat.
“AAAGGHHH… EEEKKKHHH… AAAAAAGGGHHHH… UUUGGGHHHHHH….” Suara yang terdengar berulang-ulang dari mulut Vira. Napasnya tersenggal-senggal. Matanya merem-melek menahan sakit di pangkal pahanya. Seto amat menikmati momen ini. Kini kedua tangannya melingkar memeluk Vira dengan kuat, sedang mulutnya asik menjilati payudara Vira dan sesekali menggigitnya. Keringat dengan deras mengucur dari sekujur tubuh Vira.
Dalam rasa panik dan sakit yang amat sangat di vaginanya, Vira tiba-tiba merasa liang vaginanya sedikit berair. Ia pun semakin panik. Ia tahu pasti bahwa batang penis Seto telah merobek dinding-dinding vaginanya hingga berdarah.
“Sssaaakiiittt…. Ssssaaakitt…. Ssssaaakiittt….” rintih berulang-ulang.
Tak berapa lama Seto berhenti memompa penisnya. Ia berdiri dan membalikkan badannya sehingga posisi Vira melayang di tempat tidur. Dihempaskannya tubuh Vira ke kasur hingga jatuh terlentang. Sonny, Jaja dan rijal langsung datang membatu Seto. Jaja memegang kaki kiri Vira, Rijal kaki kanannya. Mereka menarik kedua kaki Vira ke arah yang berlawanan ia mengangkang mengekspos lubang vaginanya yang ditumbuhi jembut-jembut halus. Sedangkan Sonny naik ke atas menarik tangan Vira keatas memperlihatkan kedua ketiaknya yang plontos dan mulus sehingga posisi Vira terlihat seperti huruf Y.
Seto mengambil lakban di atas meja dalam kamar itu. Ditariknya sepanjang kurang-lebih 20 cm, dan dirobeknya. Vira memperhatikan apa yang dikerjakan Seto dengan kebingungan. Apa yang akan ia lakukan kepada dirinya?
Tanpa diduga, Seto menempelkan lakban tersebut ke vagina Vira sampai lubang duburnya, menutupi juembut-jembut halus Vira. Vira masih belum menangkap maksud Seto. Tiba-tiba, dengan sekuat tenaga, Seto menarik lakban itu secara seketika.
“AAAAAGGGGGGGGGGGGGKKKKKKKKHHH HHHHHH……………….” Vira menjerit. Kepalanya kembali melayang kebelakang dan matanya terpejam menahan sakit. Air matanya sampai ikut keluar juga.
Dengan sekejab, bulu-bulu jembut Vira tercabut seketika dan kini nempel di lakban. Vagina dan dubur Vira kini mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Tanpa buang, waktu Seto menerjang tubuh Vira dan kembali membombardir liang vaginanya.
“AAAAGGGGHHHH… AAAGGHHHHH… AAAAGGGHHH… AAAGGGGHHH… AAAAGGGHHHH….. EEEKKKHHHHH….”
Vira tak dapat berfikir. Otaknya tidak dapat menerima kejadian ini. Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit di vaginanya. Ia berharap supaya Seto segera orgasme dan mimpi buruk ini berakhir. Tapi Seto tidah secepat itu. Ia benar-benar membuat Vira semakin menderita. Sementara itu tubuh Vira sudah basah kuyub oleh keringatnya sendiri.
Teman-teman Seto memberi semangat pada rekannya yang sedang berada di syurga dunia.
“Ayo To… Sikat terus sampe ledess…” kata Sonny.
“HAHAHAHAHAHA……”
“Jangan berisik, gue mau keluar nih…”
Seto mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan batang penisnya ke liang vagina Vira. Ia dapat merasakan sebentar lagi cairan spermanya akan segera keluar. Sementara Vira bertambah panik, khawatir Seto mengeluarkannya di dalam vaginanya.
“Jjjangan kkeluarin di dalem Bang… Aaaggghhh….”
Seto tidak menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan kecepatannya. Sebentar lagi ia orgasme.
“Ooooogggghhhhhhhhhh…..” desah Seto sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Vira. Vira dapat merasakan cairan hangat mulai mengisi rongga vaginanya.
“Cccaaabutttttttt Baaaaaang……. Aaaaaggghhhhhh….. Ccccaaabuuuttttt….” rintih Vira sambil berusaha mengeluarkan batang penis Seto dari vaginanya. Tapi usahanya sia-sia.
Untuk beberapa saat Seto terdiam, memuntahkan seluruh isi testikelnya. Kemudian ia terkejang-kejang. Setelah itu Seto menjatuhkan badannya ke atas badan Vira. Keringat mereka bercampur. Penis Seto masih tertancap dalam lubang vagina Vira.
Dalam keadaan lemas Seto masih sempat meremas-remas payudara Vira sambil mulutnya menciumi mulut Vira. Vira menangis sejadi-jadinya. Ia takut menjadi hamil.
Akhirnya Seto bangkit, mencabut penisnya dari vagina Vira yang kini penuh spermanya sambil berkata, “Ayo… giliran siapa sekarang…?”
Ketiga rekannya berdiri dan membuka pakaian mereka sampai telanjang bulat.
“Jjjaangannnn Bang… Uddaaahhhh…. Ssssaakit….. Gak ssaangggup llagiiii….” rintih Vira memelas. Tapi perampok-perampok itu tidak menggubrisnya.
Sementara Vira masih terlentang lemas di atas tempat tidur. Keringat mengalir deras diri sekujur tubuhnya sampai ikut membasahi spey dibawahnya. Perlahan Jaja berdiri menghunuskan penisnya ke arah vagina Vira.
“Aaaagggggggghhhhhhhh…..” rintih Vira ketika Jaja memasukkan penisnya sekaligus. Kali ini Jaja tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam menembus pertahanan Vira. Ia terbantu oleh cairan sperma Seto yang masih tertinggal dalam liang vagina Vira.
Dengan cepat Jaja mengeluar-masukkan penisnya seperti layaknya ingin memasukkanya sampai ke usus Vira. Tangannya memegang paha Vira, menarik dan mendorong untuk membatu gerakannya. Isak tangis Vira kembali terdengar.
“Aaaaggghhhh….. Uugggggghhhhh….. Aaaaggggghhhhhhh…” Kali ini rintihan Vira tidak sekeras sewaktu Seto memperkosanya. Hal ini disebabkan sakit yang ia rasakan sudah sedikit berkurang karna vaginanya sudah tidak seseret tadi.
Sementara itu, tanpa disadari Vira, Sonny bergerak dan berlulut diatas dadanya. Ketika Vira baru menyadarinya, Sonny langsung memasukkan penisnya yang sudah bertegangan tinggi itu ke dalam mulut Vira.
“Eehheehhhggggg……Yyyyaaaangggg gaaaaaaaaaan wwaaaaaaaaanggggggggggg….” rintih Vira tak jelas. Kini masalah Vira bertambah. Selain rasa sakit pada vaginanya, suplai oksigennya terhambat oleh penis Sonny yang cukup besar.
Sonny mengeluar-masukkan penisya dengan cepat sambil menjambak rambut Vira dengan kuat. Dunia Vira kini hanya berkisar antara satu penis dimulut dan satu lagi di vaginanya. Pikiran Vira tak menentu. Ia tak tau kapan perkosaan ini akan berakhir. Apakah perampok-perampok biadab itu akan berhenti setelah mereka puas memperkosanya?
“Boss… memeknya manteb benerr….” kata Jaja sembari mengeluar-masukkan penisnya. “Pantes Seto enjoy banget tadi…”
“Iye nih, jangankan memeknya, mulutnya aja enak…” jawab Sonny.
“HAHAHAHHHHAAH……..” tawa pemerkosa-pemerkosa itu.
“Gue berani tarohan, nih cewek pasti emang sering diewek ama temen-temennya.” kata Rijal manambahkan sambil mengelus-elus penisnya menanti giliran.
“Aduhhh…. Gue mau keluar nih….”
Jaja mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira. Ia dapat merasakan orgasme hebat yang sebentar lagi terjadi. Mendengarnya, Vira menjadi panik lagi. Saat ini vaginanya sudah dipenuhi cairan sperma Seto. Apa jadinya bila Jaja menambahkannya. Dia pasti akan hamil.
“Aaaaaaggggghhhhhhhh………..” Jaja menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Vira. Ditahannya penisnya di dalam sampai seluruh spermanya keluar. Vira dapat merasakan kembali semburan cairan hangat di dalam lubang vaginanya. Dalam keadaan mulut tersumpal penis Sonny, isak tangis nya kembali terdengar,
Tiba-tiba Sonny menarik rambut Vira sehingga seluruh batang penisnya hilang di dalam mulut Vira dan menahannya untuk beberapa saat. Kemudian…
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhgggggg gggg….”
Sonny menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Vira. Mata Vira terbelalak. Ia tidak dalam keadaan siap untuk hal ini. Akibatnya, Vira tersedak, dan mau tak mau ia harus menelan seluruh sperma Sonny.
Setelah memastikan tak ada sperma lagi yang tersisa, Jaja mencabut batang penisnya dari vagina Vira. Terlihat cairan putih kental menetes perlahan dari lubang vagina turun ke dubur Vira dan akhirnya ke atas sprey. Rupanya vagina Vira sudah kepenuhan sehingga tak cukup lagi menampung sperma Jaja dan Seto sekaligus. Dengan perasaan puas Jaja memperhatikan cairan sperma-nya yang sebagian besar keluar lagi dari vagina Vira.
“Wah… bakalan hamil nih cewek…” ujarnya sambil tersenyum puas.
“Huahahahhaaa…..” tawa rekan-rekan lainnya, sementara Sonny masih menikmati hangatnya mulut Vira sebelum akhirnya ia mencabut penisnya dari mulut Vira dan duduk di samping kepalanya.
Mulut Vira belepotan karna ia tidak dapat menelan semua sperma Sonny. Saat ini Vira terlihat seperti bintang filem porno yang baru melakukan aksi gangbang. Terlentang bugil diatas kasur dengan kedua kaki mengangkang. Keringat memenuhi sekujur tubuhnya membuat tubuhnya mengkilat. Sperma terlihat berceceran di mulut dan vaginanya.
Untuk beberapa saat mereka membiarkan Vira tergolek telentang sambil menangis terisak-isak. Kedua tangannya menutupi mukanya menahan malu. Apa salah dirinya sehingga harus mendapat musibah ini.
Rijal tidak memberi waktu lama buat Vira untuk beristirahat. Beberapa detik kemudian ia menarik kaki Vira yang sedang telentang keluar dari tempat tidur. Rijal membiarkan pinggang sampai kepala Vira tetap berada di atas kasur. Kemudian dengan sekali gerakan, ia memutar tubuh Vira sihingga posisinya kini tengkurap dengan lutut jatuh ke lantai. Rupanya Rijal akan menyodomi Vira dengan gaya doggie-style.
Menyadari yang akan terjadi, Vira berusaha untuk berontak. Ia amat menentang hubungan sodomi. Selama ini beberapa kekeasihnya pernah memintanya untuk melakukan aksi sodomi, tapi tak ada satupun yang dikabulkan. Menurut pandangan Vira, sodomi merendahkan martabat perempuan. Belum lagi penyakit kelamin yang mungkin ditimbulkan. Oleh karna itu kali ini ia berusaha melawan.
“Jangaaannnnnnn…. Gaaak maauuuuuu….”
Tapi tenaga keempat perampok itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Seto menahan punggung Vira dengan menekannya ke tempat tidur, sedangkqn Sonny menahan kepala Vira.
“Ayo hajar Jal..” kata Seto
Melihat perlawanan yang diberikan Vira, Rijal semakin terangsang. Dengan segera ia memasukkan batang penisnya ke dalam lubang dubur Vira. Secara perlahan dimasukkannya ujung kepala penisnya. Lubang dubur Vira masih perawan, sehingga agak sulit untuk menembusnya.
“Aaaaagghhhh….” desah Rijal ketika kepala penisnya masuk.
“Addduuuuuhhhhhh…. Sakkiiiiiittttt Bannggg… Ampuuunnnnn…. Cabbbbuuuttt Bbaaaaaaang……”
Rijal menikmati rintihan Vira. Dimasukkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi. Ketika pinis rijal sudah separohnya masuk ke lubang dubur Vira, dengan seketika Rijal mendorong sisa penisnya sekaligus kedalam dubur Vira.
“AAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHH…..” jerit Vira kencang sambil setengah melompat.
Kali ini sakitnya jauh lebih parah dibandingkan ketika Seto pertama kali memperkosanya tadi. Vira dapat merasakan Penis Rijal merobek dinding-dinding uterusnya. Ia terus teriak menahan rasa sakit yang amat sangat di liang duburnya.
Karna khawatir teriakan Vira dapat memancing kecurigaan tetangga, Jaja, yang masih dalam keadaan bugil, naik ketempat tidur dan duduk di hadapan muka Vira. Ia memberi kode pada Sonny yang menahan kepala Vira. Dalam sekejap, penis Jaja kini menyumpal mulut Vira, menghentikan teriakan kesakitannya.
Rijal mulai mengeluar-masukkan penisnya ke dalam liang dubur Vira. Ia amat menikmati sempitnya dubur Vira yang masih perawan itu. Rijal tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kotoran-kotoran sisa pencernaan dalam usus Vira akan menempel pada batang penisnya. Ia berkonsentrasi mengeluar-masukkan penisnya saja.
Vira mearung-raung dalam kesakitan. Tapi yang terdengar hanyalah desahan desahan dan isak tangis, karna mulutnya tersumpal penis Jaja
“Eeeegggghhhh…. Eeeggghhhhh… Eeeggghhhhh… Hhhhuuuggggghhhhhhh….”
Rijal tak sanggup menahan orgasmenya lebih lama lagi. Ia memuncratkan seluruh isi testikelnya ke dalam lubang dubur Vira.
“AAaahhhhhhhhhhh…..” desah Rijal puas. Ia mendapatkan orgasme hebat yang diikuti dengan kejang-kejang di sekujur tubuhnya. Rijal membiarkan penisnya di dalam dubur Vira untuk beberapa saat dan akhirnya mencabutnya. Diikuti Jaja, mencabut batang penisnya dari mulut Vira. Para perampok dan pemerkosa biadab itu membiarkan Vira terbaring tengkurap lemas.
Rijal mendapati penisnya di tutupi kotoran-kotoran sisa pencernaan dari usus Vira. Bau tak sedap mulai tercium.
“Anjing… bau banget tai nih cewek…” kata Sonny sambil menutup hidungnya.
“Cakep-cakep, tainya tetep aja bau yah Boss…” sambung Jaja.
“Yang namanya tai mah sama aja baunya, goblok… Mau tainya Britney Spears kek.. yah baunya kayak gini juga…” jawab Seto sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Jal, lo bersihin deh kontol lu di sana.” Lanjut Seto sambil menunjuk kamar mandi di pojokan kamar. “Entar kena penyakit lagi lu…”
“Oke Boss…” Rijal kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan membersihkan penisnya sampai bersih.
Seto mendekati Vira dan menarik seluruh tubuhnya ke atas kasur dan membalikkan badannya sehingga kini Vira dalam posisi telentang. Vira kini dalam keaadaan tidak sadarkan diri. Sakit pada saat Rijal menyodominya membuatnya pingsan. Dari lubang dubur dan vaginanya, cairan sperma bercampur darah menetes perlahan, menggenangi sprey putih tempat tidurnya.
Sejenak mereka menikmati pemandangan ini. Tubuh Vira mendekati sempurna. Sedikit berotot karna dia rajin fitness dan di perindah dengan 2 buah gunung yang besar.
“Mati ga Boss..??” tanya Jaja ke Seto.
“Enggak, pingsan doang. Kita cabut deh dari sini.” jawab Seto sambil melirik arloji jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setenagh lima lewat. Artinya, dalam waktu kurang-lebih 4 jam mereka secara bergantian memperkosa Vira.
Keempat penjahat itu meninggalkan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri dalam kamar itu. Mereka bergegas ke luar. Mobil Peugeot 206 hitam Vira yang berisi harta rampokan mereka dibawa oleh Seto menuju tempat persembunyian mereka. Sedang anggota rampok lainnya pergi dengan motornya masing-masing.
Penutup
Vira ditemukan oleh 3 teman laki-lakinya yang akan menjemputnya untuk datang ke acara reuni SMA mereka sekitar jam 9 pagi. Mereka mendapati pintu-pintu di rumah Vira tidak terkunci. Mereka masuk dan mencarinya ke seluruh ruangan dalam rumah. Salah satu dari mereka menemukan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri di salah satu kamar rumah itu. Sisa-sisa sperma masih terlihat di mulut dan sekitar selangkangannya. Sebelum memanggil ambulans, ketiga temannya itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto bugil Vira dalam keadaan pingsan itu. Mereka berencana akan menyebarkan foto-foto tersebut di jaringan internet lewat komunitas dunia maya mereka, ******.
Setelah 7 bulan perawatan medis dan psikologis, Vira kembali beraktivitas dalam kegiatan sehari-harinya. Ia sudah mulai bisa menerima kejadian naas pada malam itu. Tetapi ia tak dapat menghapus kejadian tersebut dari memorinya. Sampai kapan pun…
TAMAT
malam yang naas
Vira melirik arlojinya. Terlihat jarum-jarum arlojinya menunjukkan sudah jam 11 lebih seperempat malam. Hari itu adalah hari ulang tahun sahabatnya Merry yang dirayakan di club Dragon Fly dibilangan Jalan Gatot Subroto Jakarta selatan. Walaupun hari ini adalah hari kerja terakhir dalam seminggu, yaitu hari jumat, tetapi besok jam 10 pagi Vira harus bertemu dengan kawan-kawan semasa SMA di Surabaya dulu.
Vira bekerja di salah satu perusahaan perdagangan di bilangan Sudirman. Sudah 3 tahun terakhir ini ia tinggal di Jakarta seorang diri dengan mengontrak rumah di daerah radio dalam. Sebagai seorang manejer di usia 29 tahun, Vira merupakan sosok idaman para pria. Berbadan tegap dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kilogram, Vira memiliki postur yang mendekati sempurna, ditambah ukuran payudara yang tergolong besar, 36 C.
“Fren, gue cabut dulu ya… Besok ada reunian SMA nih.”
“Oke deh, makasih ya udah ngeramein acara ultah gue…” Jawab Merry ketika Vira berpamitan.
Setelah berpamitan serta cipika-cipiki dengan teman-temannya yang ikut memeriahkan acara tersebut, Vira mengambil tas kecilnya di meja dan beranjak keluar menuju tempat mobilnya di parkir.
Sambil mendengarkan alunan musik RNB dari CD player di mobil Peogeot 206 warna hitam hadiah ulang tahun dari ayahnya, Vira mengambil sebatang rokok Marlboro Light Menthol dan mulai menghisapnya. Saking asiknya, ia tidak begitu memperhatikan ada 2 sepeda motor jenis RX King yang mulai mengikuti sejak lampu merah di perempatan Blok M Plaza. Kedua motor yang masing-masing dikendarai 2 orang itu mengikuti Vira secara perlahan.
“Ini Boss inceran kita?” Sonny memastikan calon korban mereka ke Seto yang mengendarai motor yang ditumpangi Sonny.
“Iya, mudah-mudahan aja bisa sesuai ama rencana kita. Kalo bisa dapet banyak, kita pulang kampung aja abis itu.” Jawab Seto yang merupakan otak dari aksi ini.
“Si Jaja ama Rijal bakal ngeduluin dia, nunggu di deket rumahnya Son.” Lanjut Seto sambil memberi kode ke arah Jaja, sepeda motor satunya lagi, untuk mendahului Vira menuju rumahnya dan menunggu disana untuk beraksi.
“Gue percaya lah ama rencana lu Boss…” Lanjut Sonny yang diikuti senyum bengis Seto di balik helemnya.
Tidak berapa lama kemuadian, Vira sampai di belokan terakhir menuju rumah kontrakannyanya. Ia secara perlahan menyerongkan moncong mobil ke arah pagar rumah kontrakannya dan berhenti. Tanpa ada perasaan curiga, Vira turun dari mobilnya dengan maksud untuk membuka pagar rumah kontrakannya yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Vira selalu melakukan hal tersebut sendiri belakangan ini karena sudah 3 minggu ini mbok Minah pulang ke kampungnya. Biasanya ia cukup menelfon ke rumahnya melalui henfonnya, dan mbok Minah yang akan membukakan pintu pagar untuk Vira.
Tanpa disadari Vira, Rijal yang membonceng Jaja, yang dari tadi telah menunggu di selokan kering di depan rumah kontrakan Vira, menyelinap masuk ke kabin belakang bagian kiri Peugeot hitam tersebut ketika Vira sedang berusaha membuka gembok pagar rumahnya. Dengan berjalan sambil berjongkok, rijal merangkak untuk bersembunyi di balik kursi supir mobil tersebut sambil mempersiapkan celurit yang dibawanya. Suara mesin mobil membuat gerak-gerik rijal tidak terdengar oleh Vira.
Dari jarak sekitar 50 meter, Seto dan Sonny mematikan mesin motornya dan menyembunyikannya di balik pohon nangka yang cukup rindang milik tetangga Vira. Mereka menunggu momen untuk bertindak, sedangkan Jaja masih bersembunyi di dalam selokan tempat dimana ia tadi bersama Rijal bersembunyi.
Pintu pagar telah berhasil dibuka Vira dan didorongnya sampai terbuka lebar. Ia berjalan kembali kearah mobil. Dibukanya pintu Peugeot hitamnya dan Vira kembali duduk di belakang kemudi untuk memasukkan mobilnya ke dalam rumahnya. Begitu Vira menutup pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk memasukkan gigi perseneling, tanpa diduganya, Rijal keluar dari persembunyiannya sambil mengalungkan celuritnya ke leher Vira.
“Jangan macem-macem, nanti gue potong leher lu…” bisik Rijal.
Vira tersentak kaget. Tiba-tiba tubuhnya jadi lemas, kakinya gemetar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangguk. Pada saat itu juga Seto, Sonny dan Jaja menghampiri.
“Masukin mobilnya..!!” perintah Rijal pelan tapi tegas.
Dengan kaki yang gemetar Vira menginjak pedal koping dan memasukkan gigi. Peugeot hitam itupun masuk ke dalam rumah walaupun dengan sedikit tersendat-sendat diikuti motor yang ditumpangi Seto dan Sonny. Dan terakhir, Jaja menyusul tanpa lupa menutup pagar terlebih dahulu.
Kini mereka berada di dalam garasi rumah kontrakan Vira yang cukup besar. Rijal mengeluarkan sebuah saputangan dan menggumpal-gumpalkannya.
“Masukin mulut lo nih..!!!” perintahnya. “Inget, kalo teriak… leher putus”
Dengan amat terpaksa Vira mengikuti perintah tadi. Dimasukkannya gumpalan saputangan itu kedalam mulutnya. Walaupun ada perasaan jijik, mungkin saja saputangan itu bekas mengelap ingus pria tak dikenal itu, Vira berusaha untuk tidak membuat Rijal marah atau tersinggung.
“Ayo keluar..!”
Vira membuka pintu mobilnya. Di luar, Seto, Sonny dan Jaja sedah menunggu. Yang membuat mental Vira lebih jatuh lagi, dia melihat Sonny memegang sebatang golok besar yang panjangnya tak kurang dari 50 cm.
“Mana kuncinya?” tanya Seto.
Vira merogoh kedalam tas kecilnya. Saking paniknya, ia tidak dapat menemukan benda yang ia cari. Akhirnya Jaja merebut tas Gucci dari tangan Vira dan menghamburkan isinya ke lantai.
Setelah kunci yang dicari ketemu, Jaja segera membuka pintu utama rumah kontrakan Vira. Mereka masuk secara berturut-turut. Pertama Jaja masuk, diikuti Seto kemudian Vira yang mulutnya disumpal saputangan. Debelakangnya ada Sonny dengan goloknya dan Rijal terakhir sambil megunci pintu kembali dari dalam.
“Gak usah diidupin semua lampunya, satu aja, biar gak mencurigakan.” Atur Seto.
“Cewe ini lo bawa ke sana, iket yang kenceng.” Lanjut pada Sonny sambil menunjuk sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar tamu. “Lo jagain dia. Jangan sampe kabur. Kalo ngelawan , gorok aja.”
“Oke Boss…” jawab Sonny sambil menggiring Vira ke kamar itu.
Di dalam, Sonny menghidupkan lampu kecil yang cahayanya cukup menerangi seisi ruangan. Diambilnya seutas tali dari tas pinggang yang dipakainya. Sewaktu dia mau mengikat Vira, tiba-tiba terlintas pikiran iseng diotaknya.
Didekatinya Vira yang berdiri di pojokan ruangan. Di keluarkannya saputangan yang menyumpal yang sudah dibasahi liur dari mulut Vira. Saputangan basah itu dilempar Sonny ke tempat sampah kecil di dekat tempat tidur.
“Jam boleh juga tuh.”
“Ini, ambil aja Bang. Tag Hauer...”jawab Vira cepat. “Ambil aja apa yang Abang mau, tapi saya jangan diapa-apain…” Suara memelas keluar dari mulut Vira yang tak berdaya.
Setelah jam tangan itu dikantongi Sonny… “Kalung, cincin, lepas semua deh.”
Dengan segera Vira mengikuti kemauan Sonny karna takut dengan golok mengkilat yang sekali tebas, dia yakin lehernya bisa langsung putus.
“Sekarang buka baju lo..!!!”
“Jangan Bang…” suara Vira bergetar. Panik mulai menguasai dirinya. Air mata menitik dari sudut mata Vira.
“Mau gue gorok..??” nada mengancam keluar dari mulut Sonny.
Dengan ragu-ragu, Vira mulai membuka kancing kemeja kerjanya yang cukup ketat, yang menonjolkan dengan jelas payudaranya. Satu persatu kancing dibukanya. Belahan dada Vira mulai mengintip dibalik blousenya.
“Bbaaang… Ampun Bang…. Jangan perkosa saya…” pintanya. Tapi Sonny tidak bergeming, ia malah menghunuskan goloknya ke dada Vira, sambil melakukan gerakan untuk menyuruhnya tetap membuka bajunya.
Sonny mulai merasa batang kemaluannya mengembang. Dada besar Vira merangsang gairah seksualnya. Tapi Sonny gak mau terburu-buru. Dia mau main-main sedikit dulu sama Vira. Jarang-jarang ada cewek cakep dan semok pasrah begini.
Setelah semua kancing terlepas, Vira membuka blousenya. Gundukan payudara Vira benar-benar luar biasa. Terlebih saat itu Vira memakai beha yang kelihantannya sedikit kekecilan sehingga terlihat menuh-menuhin bungkusnya. Sepertinya payudara Vira berontak ingin keluar.
“Rok juga..!!” perintah Sonny sambil memberi aba-aba dengan goloknya untuk melepas rok yang dipakai Vira.
Vira membuka kancing dan resleting roknya, kemudian menurunkannya sampai ke lantai. Ketika ia menurunkan roknya, mata Sonny terpaku pada kedua payudara Vira yang menggantung ketika Vira menunduk hendak menurunkan roknya. Kemaluan Sonny jadi terasa ngilu karenanya.
Kini tubuh Vira hanya ditutupi oleh celana dalam dan beha saja. Pemandangan yang menakjubkan. Jantung Sonny berdebar-debar.
Sonny mendekati Vira yang sudah setengah telanjang dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pikiran Vira sudah ciut membayangkan apa yang akan terjadi. Bahkan Vira sebenarnya tidak berani untuk membayangkannya. Sonny dengan cekatan mengikat tangan Vira kebelakang punggungnya dengan seutas tali plastik berwarna biru. Simpul ikatan yang dibuat Sonny tidak terlalu kencang, tapi amat susah untuk dibuka. Setelah kedua tangan Vira terikat dengan kuat, Sonny mengikat kedua kaki Vira menjadi satu dengan ikatan yang sama seperti tangannya.
Sonny mengambil saputangan basah tadi dari tempat sampah yang sempat dia buang sebelumnya dan menyumpal kembali mulut Vira. Air mata kembali menetes dari ujung mata Vira membasahi pipinya. Dalam keadaan berdiri, Sonny membalikkan tubuh Vira sehingga posisinya berada dibelakang Vira. Tiba-tiba saja Sonny membekap tubuh Vira dari belakang dan tangannya menggerayangi payudara Vira yang masih terbungkus beha hitam. Pelan-pelan Sonny menyelipkan tangannya ke balik beha Vira sambil terus meremas-remas payudara Vira. Sesekali ia memainkan putting Vira.
“Tetek lo montok banget say…” bisik Sonny ke kuping Vira sambil menikmati daging montoknya.
Vira tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan matanya sambil mengeluarkan air mata yang menetes dari sudut matanya.
Sementara itu, gerombolan rampok lainnya sudah hampir selesai menguras isi rumah. Uang tunai, surat berharga, perhiasan, TV, Audio set, handphone, laptop, BPKB mobil bahkan sampai jam meja Vira diangkut. Di kamar Vira Rijal menemukan segepok uang Dollar Amerika senilai USD 15,000. Tak lupa diambilnya juga cincin emas dan kalung berlian Vira yang bernilai puluhan juta rupiah. Semua sudah mereka masukkan ke mobil Vira.
Jam menunjukkan pukul 1 kurang 5 menit dini hari, saatnya untuk pergi. Seto, Sonny dan Jaja pergi menghampiri rijal ke kamar tamu.
“Waaahhh…. lagi ada yang asyik nih…” ujar Seto ketika ia mendapati Rijal sedang asik meremas-remas payudara Vira. Vira menoleh kearah pintu. Pikirannya kalang kabut. Ia membayangkan apa yang mungkin terjadi pada dirinya pada menit-menit kemudian. Satu orang saja sudah membuatnya takut, sekarang 3 orang lagi akan bergabung melengkapi mimpi buruknya. Tapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Vira ngeri sendiri membayangkannya.
Seto mendekati Vira sambil mengeluarkan sebilah pisau komando dari pinggangnya. Rijal dengan perlahan melepaskan remasan tangannya pada kedua payudara Vira. Ditempelkannya pisau itu oleh Seto ke leher Vira. Tubuh Vira gemetaran. Ia tidak siap untuk mati malam itu.
“Lo teriak, gue gorok…!!!”
Kemudian Seto mengambil saputangan yang menyumpal mulut Vira. Bibir Vira bergetar ketakutan. Jangankan untuk teriak, untuk bernafas saja dia sangat takut. Tapi diberanikannya untuk berbicara.
“Jjjjjangan bbbbbunuh ssssssaya Bang….” pinta Vira.
“Yah.. tergantung…. Lo bisa bikin gue gak bunuh elo gak…?!?!?” ujar Seto dingin sambil memotong tali beha di kedua pundak dan belahan dada Vira. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Payudara Vira yang mengkal ukuran 36 C dengan putting coklat muda. Kemudian Seto memerintahkan Rijal melepaskan ikatan pada kaki dan tangan Vira.
Vira memejamkan matanya. Hal yang ditakutkannya bertambah mendekati kenyataan. Dalam pikirannya, keempat perampok ini akan memperkosanya secara bergantian dan kemudian membunuhnya.
“Ya Allah… tttolong ssssayaaa….” ucap Vira lirih. Ia menyesal sekali selama ini tidak berlaku sebagai seorang muslim yang taat. Sholatnya bolong-bolong. Hutang puasa gak pernah dibayar. Hidupnya diisi dengan hura-hura, mabuk-mabukan dan seks dengan pacar-pacarnya. Mungkin ini balasannya di dunia. Dalam keadaan seperti ini terlintas di benak Vira, jika ia masih hidup besok, ia akan menjadi orang yang taat beribadah dan rajin bersedekah.
Untuk beberapa saat Seto hanya terdiam menikmati pemandangan indah tersebut. Kulit Vira mulus sekali. Perlahan batang penis Seto mulai mengeras.
Seto mundur beberapa langkah sampai akhirnya ia duduk di tepi tempat tidur.
“Ayo.. isep kontol gue..!!”
Nafas Vira terhenti. Di pejamkan matanya. Suara tangis yang tertahan terdengan dari mulutnya.
“Jjjaangan Bang…. Tttolong Bang, jjjjangan…..”
“Mau ngisep ato mau gue potong tetek lo…?!?!?” bentak Seto keras.
Dengan langkah gontai Vira berjalan kearah Seto dan berlutut di hadapan Seto. Jaja, Sonny dan Rijal hanya melongo membayangkan yang sebentar lagi terjadi. Batang-batang penis mereka sudah menjulang menanti giliran.
“Sekarang buka celana gue..!! perintah Seto.
“Bbbang… amppppun Bang…”
Sambil menjambak rambut Vira dengan kuat sampai tubuh Vira terangkat keatas, Seto berbisik ketelingan Vira. “Sekali lagi lo ngerengek, gue potong leher lo. Trus mayat lo gue perkosa rame-rame..!!!”
“Aadduuuhhh…” rintih Vira ketika dijambak Seto.
Dengan perlahan Vira melepaskan sabuk Seto, membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya. Ditariknya jeans belel dan bau itu sampai lepas dari kaki Seto. Dari balik celana dalam Seto, terlihat batang penis yang besar tersembunyi dan siap untuk melengkapi mimpi buruknya. Hati Vira makin ciut.
Dipelorotkannya celana dalam Seto sampai lepas. Vira terkesima melihat ukuran penis Seto. Selama ini, dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria yang kemaluannya sebesar Seto. Didekatinya batang penis itu. Sambil memejamkan mata perlahan dimasukkannya kedalam mulutnya. Vira mencoba untuk menahan napas menahan bau tak sedap dari daerah selangkangan Seto yang membuatnya mual.
“Ayo isep yang bener..!! kata Seto sambil menarik rambut Vira membuat gerakan maju mundur sehingga penisnya masuk semua ke mulut Vira.
“Aahhh…” desah Seto sambil memajamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir dan lidah Vira.
Vira terus mengeluar-masukkan penis dibantu gerakan tangan seto dikepalanya. Tiba-tiba Seto menjatuhkan badannya dan terlentang diatas tempat tidur sehingga penisnya keluar dari mulut Vira. Diangkatnya kedua kakinya keudara seakan-2 dia duduk di kursi.
“Jilatin dubur gue..!!!
Dengan persaan jijik Vira mendekati dubur Seto dan mulai menjilatnya. Aroma tak sedap membuatnya mual dan ingin muntah. Selama ini dalam berhubungan seks, biasanya para laki-laki lah yang menjilati selangkangan hingga duburnya bersih. Rasanya memang luar biasa. Tapi kali ini dia yang harus melakukan pekerjaan menjijikan itu. Belum lagi pikiran bahwa pemerkosanya ini tidah cebok dengan bersih. Hal ini membuatnya tambah mual. Tapi ketakutannya membuat ia menahan mual itu.
Selama beberapa lama Vira sibuk menjilati dubur dan kedua biji Seto. Ia tidak tau kapan ini akan berakhir. Tiba-tiba Seto bangun dan berdiri di sisi tempat tidur. Batang penisnya yang mengkilat dilapisi ludah Vira tegang menghunus.
Dengan kasar Seto menjambak rambut Vira yang sedang berlutut hingga berdiri. Dengan cepat Seto morobek celana dalam hitam, pembungkus tubuh Vira satu-satunya, dengan bantuan pisau komando yang tetap dipegangnya.
KREEEK….KREEEKK….
Vira berdiri telanjang bulat tanpa selembar benangpun melindungi tubuhnya. Ia amat malu sekali, membuatnya menunduk sambil memejamkan mata. Tapi ia benar-benar tak berdaya, tak tau harus berbuat apa. Ia hanya pasrah, semoga mimpi buruk ini cepat berlalu.
“Mmaama… tttolong Virraa…” ucap Vira pelan disela-sela tangisnya.
Seto kembali duduk di tepian tempat tidur. Dengan pelan, ditariknya pinggul Vira dengan kedua tangannya. Kini posisi Vira berdiri tepat di depan Seto yang duduk di tepian tempat tidur.
“Ayo, naik..!!” perintah Seto.
Vira menaikkan kaki kanannya ke tepi tempat tidur dah diikuti kaki kirinya. Sekarang, posisi muka Seto tepat berhadapan dengan belahan dada Vira. Kedua kaki Vira mengangkang mengapit kedua paha Seto.
Dengan pelan Seto mulai melebarkan pahanya, membuat kangkangan Vira semakin lebar. Secara perlahan pula tubuh Vira turun dan lubang vaginanya semakin mendekati batang penis Seto. Vira semakin panik. Penis Seto terlalu besar untuknya. Ditambah vaginanya dalam keadaan kering kerontang.
Tapi Vira tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya. Air matanya kembali deras mengalir.
Kini ujung kepala penis Seto sudah menyentuh ujung vaginanya.
“Aduuuuuhhh….. Sakiiiittt….” rintih Vira ketika ujung kepala penis Seto mulai menembus pertahanannya.
Seto tidak bergeming. Rintihan kesakitan Vira melah membuat birahinya semakin menjadi. Diremasnya kedua payudara Vira dengan kuat.
“Aaaaahhhh…..” Vira kembali merintih kesakitan.
Seketika itu juga Seto langsung menarik tubuh Vira kebawah, membuat sisa penisnya amblas, masuk ke liang vagina Vira.
“AAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHH……… ..” jerit Vira kencang. Kepalanya melayang ke belakang menahan rasa sakit di vaginanya.
Untuk beberapa saat Seto menikmati kehangatan lubang vagina Vira. Tangannya berhenti meremas payudara Vira sebentar, kemudian mulai lagi. Seto juga mulai menciumi dan menjilati leher Vira secara brutal.
Secara perlahan Seto mulai mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira yang kering. Dari lambat, bertahap semakin cepat.
“AAAGGHHH… EEEKKKHHH… AAAAAAGGGHHHH… UUUGGGHHHHHH….” Suara yang terdengar berulang-ulang dari mulut Vira. Napasnya tersenggal-senggal. Matanya merem-melek menahan sakit di pangkal pahanya. Seto amat menikmati momen ini. Kini kedua tangannya melingkar memeluk Vira dengan kuat, sedang mulutnya asik menjilati payudara Vira dan sesekali menggigitnya. Keringat dengan deras mengucur dari sekujur tubuh Vira.
Dalam rasa panik dan sakit yang amat sangat di vaginanya, Vira tiba-tiba merasa liang vaginanya sedikit berair. Ia pun semakin panik. Ia tahu pasti bahwa batang penis Seto telah merobek dinding-dinding vaginanya hingga berdarah.
“Sssaaakiiittt…. Ssssaaakitt…. Ssssaaakiittt….” rintih berulang-ulang.
Tak berapa lama Seto berhenti memompa penisnya. Ia berdiri dan membalikkan badannya sehingga posisi Vira melayang di tempat tidur. Dihempaskannya tubuh Vira ke kasur hingga jatuh terlentang. Sonny, Jaja dan rijal langsung datang membatu Seto. Jaja memegang kaki kiri Vira, Rijal kaki kanannya. Mereka menarik kedua kaki Vira ke arah yang berlawanan ia mengangkang mengekspos lubang vaginanya yang ditumbuhi jembut-jembut halus. Sedangkan Sonny naik ke atas menarik tangan Vira keatas memperlihatkan kedua ketiaknya yang plontos dan mulus sehingga posisi Vira terlihat seperti huruf Y.
Seto mengambil lakban di atas meja dalam kamar itu. Ditariknya sepanjang kurang-lebih 20 cm, dan dirobeknya. Vira memperhatikan apa yang dikerjakan Seto dengan kebingungan. Apa yang akan ia lakukan kepada dirinya?
Tanpa diduga, Seto menempelkan lakban tersebut ke vagina Vira sampai lubang duburnya, menutupi juembut-jembut halus Vira. Vira masih belum menangkap maksud Seto. Tiba-tiba, dengan sekuat tenaga, Seto menarik lakban itu secara seketika.
“AAAAAGGGGGGGGGGGGGKKKKKKKKHHH HHHHHH……………….” Vira menjerit. Kepalanya kembali melayang kebelakang dan matanya terpejam menahan sakit. Air matanya sampai ikut keluar juga.
Dengan sekejab, bulu-bulu jembut Vira tercabut seketika dan kini nempel di lakban. Vagina dan dubur Vira kini mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Tanpa buang, waktu Seto menerjang tubuh Vira dan kembali membombardir liang vaginanya.
“AAAAGGGGHHHH… AAAGGHHHHH… AAAAGGGHHH… AAAGGGGHHH… AAAAGGGHHHH….. EEEKKKHHHHH….”
Vira tak dapat berfikir. Otaknya tidak dapat menerima kejadian ini. Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit di vaginanya. Ia berharap supaya Seto segera orgasme dan mimpi buruk ini berakhir. Tapi Seto tidah secepat itu. Ia benar-benar membuat Vira semakin menderita. Sementara itu tubuh Vira sudah basah kuyub oleh keringatnya sendiri.
Teman-teman Seto memberi semangat pada rekannya yang sedang berada di syurga dunia.
“Ayo To… Sikat terus sampe ledess…” kata Sonny.
“HAHAHAHAHAHA……”
“Jangan berisik, gue mau keluar nih…”
Seto mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan batang penisnya ke liang vagina Vira. Ia dapat merasakan sebentar lagi cairan spermanya akan segera keluar. Sementara Vira bertambah panik, khawatir Seto mengeluarkannya di dalam vaginanya.
“Jjjangan kkeluarin di dalem Bang… Aaaggghhh….”
Seto tidak menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan kecepatannya. Sebentar lagi ia orgasme.
“Ooooogggghhhhhhhhhh…..” desah Seto sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Vira. Vira dapat merasakan cairan hangat mulai mengisi rongga vaginanya.
“Cccaaabutttttttt Baaaaaang……. Aaaaaggghhhhhh….. Ccccaaabuuuttttt….” rintih Vira sambil berusaha mengeluarkan batang penis Seto dari vaginanya. Tapi usahanya sia-sia.
Untuk beberapa saat Seto terdiam, memuntahkan seluruh isi testikelnya. Kemudian ia terkejang-kejang. Setelah itu Seto menjatuhkan badannya ke atas badan Vira. Keringat mereka bercampur. Penis Seto masih tertancap dalam lubang vagina Vira.
Dalam keadaan lemas Seto masih sempat meremas-remas payudara Vira sambil mulutnya menciumi mulut Vira. Vira menangis sejadi-jadinya. Ia takut menjadi hamil.
Akhirnya Seto bangkit, mencabut penisnya dari vagina Vira yang kini penuh spermanya sambil berkata, “Ayo… giliran siapa sekarang…?”
Ketiga rekannya berdiri dan membuka pakaian mereka sampai telanjang bulat.
“Jjjaangannnn Bang… Uddaaahhhh…. Ssssaakit….. Gak ssaangggup llagiiii….” rintih Vira memelas. Tapi perampok-perampok itu tidak menggubrisnya.
Sementara Vira masih terlentang lemas di atas tempat tidur. Keringat mengalir deras diri sekujur tubuhnya sampai ikut membasahi spey dibawahnya. Perlahan Jaja berdiri menghunuskan penisnya ke arah vagina Vira.
“Aaaagggggggghhhhhhhh…..” rintih Vira ketika Jaja memasukkan penisnya sekaligus. Kali ini Jaja tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam menembus pertahanan Vira. Ia terbantu oleh cairan sperma Seto yang masih tertinggal dalam liang vagina Vira.
Dengan cepat Jaja mengeluar-masukkan penisnya seperti layaknya ingin memasukkanya sampai ke usus Vira. Tangannya memegang paha Vira, menarik dan mendorong untuk membatu gerakannya. Isak tangis Vira kembali terdengar.
“Aaaaggghhhh….. Uugggggghhhhh….. Aaaaggggghhhhhhh…” Kali ini rintihan Vira tidak sekeras sewaktu Seto memperkosanya. Hal ini disebabkan sakit yang ia rasakan sudah sedikit berkurang karna vaginanya sudah tidak seseret tadi.
Sementara itu, tanpa disadari Vira, Sonny bergerak dan berlulut diatas dadanya. Ketika Vira baru menyadarinya, Sonny langsung memasukkan penisnya yang sudah bertegangan tinggi itu ke dalam mulut Vira.
“Eehheehhhggggg……Yyyyaaaangggg gaaaaaaaaaan wwaaaaaaaaanggggggggggg….” rintih Vira tak jelas. Kini masalah Vira bertambah. Selain rasa sakit pada vaginanya, suplai oksigennya terhambat oleh penis Sonny yang cukup besar.
Sonny mengeluar-masukkan penisya dengan cepat sambil menjambak rambut Vira dengan kuat. Dunia Vira kini hanya berkisar antara satu penis dimulut dan satu lagi di vaginanya. Pikiran Vira tak menentu. Ia tak tau kapan perkosaan ini akan berakhir. Apakah perampok-perampok biadab itu akan berhenti setelah mereka puas memperkosanya?
“Boss… memeknya manteb benerr….” kata Jaja sembari mengeluar-masukkan penisnya. “Pantes Seto enjoy banget tadi…”
“Iye nih, jangankan memeknya, mulutnya aja enak…” jawab Sonny.
“HAHAHAHHHHAAH……..” tawa pemerkosa-pemerkosa itu.
“Gue berani tarohan, nih cewek pasti emang sering diewek ama temen-temennya.” kata Rijal manambahkan sambil mengelus-elus penisnya menanti giliran.
“Aduhhh…. Gue mau keluar nih….”
Jaja mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira. Ia dapat merasakan orgasme hebat yang sebentar lagi terjadi. Mendengarnya, Vira menjadi panik lagi. Saat ini vaginanya sudah dipenuhi cairan sperma Seto. Apa jadinya bila Jaja menambahkannya. Dia pasti akan hamil.
“Aaaaaaggggghhhhhhhh………..” Jaja menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Vira. Ditahannya penisnya di dalam sampai seluruh spermanya keluar. Vira dapat merasakan kembali semburan cairan hangat di dalam lubang vaginanya. Dalam keadaan mulut tersumpal penis Sonny, isak tangis nya kembali terdengar,
Tiba-tiba Sonny menarik rambut Vira sehingga seluruh batang penisnya hilang di dalam mulut Vira dan menahannya untuk beberapa saat. Kemudian…
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhgggggg gggg….”
Sonny menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Vira. Mata Vira terbelalak. Ia tidak dalam keadaan siap untuk hal ini. Akibatnya, Vira tersedak, dan mau tak mau ia harus menelan seluruh sperma Sonny.
Setelah memastikan tak ada sperma lagi yang tersisa, Jaja mencabut batang penisnya dari vagina Vira. Terlihat cairan putih kental menetes perlahan dari lubang vagina turun ke dubur Vira dan akhirnya ke atas sprey. Rupanya vagina Vira sudah kepenuhan sehingga tak cukup lagi menampung sperma Jaja dan Seto sekaligus. Dengan perasaan puas Jaja memperhatikan cairan sperma-nya yang sebagian besar keluar lagi dari vagina Vira.
“Wah… bakalan hamil nih cewek…” ujarnya sambil tersenyum puas.
“Huahahahhaaa…..” tawa rekan-rekan lainnya, sementara Sonny masih menikmati hangatnya mulut Vira sebelum akhirnya ia mencabut penisnya dari mulut Vira dan duduk di samping kepalanya.
Mulut Vira belepotan karna ia tidak dapat menelan semua sperma Sonny. Saat ini Vira terlihat seperti bintang filem porno yang baru melakukan aksi gangbang. Terlentang bugil diatas kasur dengan kedua kaki mengangkang. Keringat memenuhi sekujur tubuhnya membuat tubuhnya mengkilat. Sperma terlihat berceceran di mulut dan vaginanya.
Untuk beberapa saat mereka membiarkan Vira tergolek telentang sambil menangis terisak-isak. Kedua tangannya menutupi mukanya menahan malu. Apa salah dirinya sehingga harus mendapat musibah ini.
Rijal tidak memberi waktu lama buat Vira untuk beristirahat. Beberapa detik kemudian ia menarik kaki Vira yang sedang telentang keluar dari tempat tidur. Rijal membiarkan pinggang sampai kepala Vira tetap berada di atas kasur. Kemudian dengan sekali gerakan, ia memutar tubuh Vira sihingga posisinya kini tengkurap dengan lutut jatuh ke lantai. Rupanya Rijal akan menyodomi Vira dengan gaya doggie-style.
Menyadari yang akan terjadi, Vira berusaha untuk berontak. Ia amat menentang hubungan sodomi. Selama ini beberapa kekeasihnya pernah memintanya untuk melakukan aksi sodomi, tapi tak ada satupun yang dikabulkan. Menurut pandangan Vira, sodomi merendahkan martabat perempuan. Belum lagi penyakit kelamin yang mungkin ditimbulkan. Oleh karna itu kali ini ia berusaha melawan.
“Jangaaannnnnnn…. Gaaak maauuuuuu….”
Tapi tenaga keempat perampok itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Seto menahan punggung Vira dengan menekannya ke tempat tidur, sedangkqn Sonny menahan kepala Vira.
“Ayo hajar Jal..” kata Seto
Melihat perlawanan yang diberikan Vira, Rijal semakin terangsang. Dengan segera ia memasukkan batang penisnya ke dalam lubang dubur Vira. Secara perlahan dimasukkannya ujung kepala penisnya. Lubang dubur Vira masih perawan, sehingga agak sulit untuk menembusnya.
“Aaaaagghhhh….” desah Rijal ketika kepala penisnya masuk.
“Addduuuuuhhhhhh…. Sakkiiiiiittttt Bannggg… Ampuuunnnnn…. Cabbbbuuuttt Bbaaaaaaang……”
Rijal menikmati rintihan Vira. Dimasukkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi. Ketika pinis rijal sudah separohnya masuk ke lubang dubur Vira, dengan seketika Rijal mendorong sisa penisnya sekaligus kedalam dubur Vira.
“AAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHH…..” jerit Vira kencang sambil setengah melompat.
Kali ini sakitnya jauh lebih parah dibandingkan ketika Seto pertama kali memperkosanya tadi. Vira dapat merasakan Penis Rijal merobek dinding-dinding uterusnya. Ia terus teriak menahan rasa sakit yang amat sangat di liang duburnya.
Karna khawatir teriakan Vira dapat memancing kecurigaan tetangga, Jaja, yang masih dalam keadaan bugil, naik ketempat tidur dan duduk di hadapan muka Vira. Ia memberi kode pada Sonny yang menahan kepala Vira. Dalam sekejap, penis Jaja kini menyumpal mulut Vira, menghentikan teriakan kesakitannya.
Rijal mulai mengeluar-masukkan penisnya ke dalam liang dubur Vira. Ia amat menikmati sempitnya dubur Vira yang masih perawan itu. Rijal tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kotoran-kotoran sisa pencernaan dalam usus Vira akan menempel pada batang penisnya. Ia berkonsentrasi mengeluar-masukkan penisnya saja.
Vira mearung-raung dalam kesakitan. Tapi yang terdengar hanyalah desahan desahan dan isak tangis, karna mulutnya tersumpal penis Jaja
“Eeeegggghhhh…. Eeeggghhhhh… Eeeggghhhhh… Hhhhuuuggggghhhhhhh….”
Rijal tak sanggup menahan orgasmenya lebih lama lagi. Ia memuncratkan seluruh isi testikelnya ke dalam lubang dubur Vira.
“AAaahhhhhhhhhhh…..” desah Rijal puas. Ia mendapatkan orgasme hebat yang diikuti dengan kejang-kejang di sekujur tubuhnya. Rijal membiarkan penisnya di dalam dubur Vira untuk beberapa saat dan akhirnya mencabutnya. Diikuti Jaja, mencabut batang penisnya dari mulut Vira. Para perampok dan pemerkosa biadab itu membiarkan Vira terbaring tengkurap lemas.
Rijal mendapati penisnya di tutupi kotoran-kotoran sisa pencernaan dari usus Vira. Bau tak sedap mulai tercium.
“Anjing… bau banget tai nih cewek…” kata Sonny sambil menutup hidungnya.
“Cakep-cakep, tainya tetep aja bau yah Boss…” sambung Jaja.
“Yang namanya tai mah sama aja baunya, goblok… Mau tainya Britney Spears kek.. yah baunya kayak gini juga…” jawab Seto sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Jal, lo bersihin deh kontol lu di sana.” Lanjut Seto sambil menunjuk kamar mandi di pojokan kamar. “Entar kena penyakit lagi lu…”
“Oke Boss…” Rijal kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan membersihkan penisnya sampai bersih.
Seto mendekati Vira dan menarik seluruh tubuhnya ke atas kasur dan membalikkan badannya sehingga kini Vira dalam posisi telentang. Vira kini dalam keaadaan tidak sadarkan diri. Sakit pada saat Rijal menyodominya membuatnya pingsan. Dari lubang dubur dan vaginanya, cairan sperma bercampur darah menetes perlahan, menggenangi sprey putih tempat tidurnya.
Sejenak mereka menikmati pemandangan ini. Tubuh Vira mendekati sempurna. Sedikit berotot karna dia rajin fitness dan di perindah dengan 2 buah gunung yang besar.
“Mati ga Boss..??” tanya Jaja ke Seto.
“Enggak, pingsan doang. Kita cabut deh dari sini.” jawab Seto sambil melirik arloji jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setenagh lima lewat. Artinya, dalam waktu kurang-lebih 4 jam mereka secara bergantian memperkosa Vira.
Keempat penjahat itu meninggalkan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri dalam kamar itu. Mereka bergegas ke luar. Mobil Peugeot 206 hitam Vira yang berisi harta rampokan mereka dibawa oleh Seto menuju tempat persembunyian mereka. Sedang anggota rampok lainnya pergi dengan motornya masing-masing.
Penutup
Vira ditemukan oleh 3 teman laki-lakinya yang akan menjemputnya untuk datang ke acara reuni SMA mereka sekitar jam 9 pagi. Mereka mendapati pintu-pintu di rumah Vira tidak terkunci. Mereka masuk dan mencarinya ke seluruh ruangan dalam rumah. Salah satu dari mereka menemukan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri di salah satu kamar rumah itu. Sisa-sisa sperma masih terlihat di mulut dan sekitar selangkangannya. Sebelum memanggil ambulans, ketiga temannya itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto bugil Vira dalam keadaan pingsan itu. Mereka berencana akan menyebarkan foto-foto tersebut di jaringan internet lewat komunitas dunia maya mereka, ******.
Setelah 7 bulan perawatan medis dan psikologis, Vira kembali beraktivitas dalam kegiatan sehari-harinya. Ia sudah mulai bisa menerima kejadian naas pada malam itu. Tetapi ia tak dapat menghapus kejadian tersebut dari memorinya. Sampai kapan pun…
TAMAT
Vira bekerja di salah satu perusahaan perdagangan di bilangan Sudirman. Sudah 3 tahun terakhir ini ia tinggal di Jakarta seorang diri dengan mengontrak rumah di daerah radio dalam. Sebagai seorang manejer di usia 29 tahun, Vira merupakan sosok idaman para pria. Berbadan tegap dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kilogram, Vira memiliki postur yang mendekati sempurna, ditambah ukuran payudara yang tergolong besar, 36 C.
“Fren, gue cabut dulu ya… Besok ada reunian SMA nih.”
“Oke deh, makasih ya udah ngeramein acara ultah gue…” Jawab Merry ketika Vira berpamitan.
Setelah berpamitan serta cipika-cipiki dengan teman-temannya yang ikut memeriahkan acara tersebut, Vira mengambil tas kecilnya di meja dan beranjak keluar menuju tempat mobilnya di parkir.
Sambil mendengarkan alunan musik RNB dari CD player di mobil Peogeot 206 warna hitam hadiah ulang tahun dari ayahnya, Vira mengambil sebatang rokok Marlboro Light Menthol dan mulai menghisapnya. Saking asiknya, ia tidak begitu memperhatikan ada 2 sepeda motor jenis RX King yang mulai mengikuti sejak lampu merah di perempatan Blok M Plaza. Kedua motor yang masing-masing dikendarai 2 orang itu mengikuti Vira secara perlahan.
“Ini Boss inceran kita?” Sonny memastikan calon korban mereka ke Seto yang mengendarai motor yang ditumpangi Sonny.
“Iya, mudah-mudahan aja bisa sesuai ama rencana kita. Kalo bisa dapet banyak, kita pulang kampung aja abis itu.” Jawab Seto yang merupakan otak dari aksi ini.
“Si Jaja ama Rijal bakal ngeduluin dia, nunggu di deket rumahnya Son.” Lanjut Seto sambil memberi kode ke arah Jaja, sepeda motor satunya lagi, untuk mendahului Vira menuju rumahnya dan menunggu disana untuk beraksi.
“Gue percaya lah ama rencana lu Boss…” Lanjut Sonny yang diikuti senyum bengis Seto di balik helemnya.
Tidak berapa lama kemuadian, Vira sampai di belokan terakhir menuju rumah kontrakannyanya. Ia secara perlahan menyerongkan moncong mobil ke arah pagar rumah kontrakannya dan berhenti. Tanpa ada perasaan curiga, Vira turun dari mobilnya dengan maksud untuk membuka pagar rumah kontrakannya yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Vira selalu melakukan hal tersebut sendiri belakangan ini karena sudah 3 minggu ini mbok Minah pulang ke kampungnya. Biasanya ia cukup menelfon ke rumahnya melalui henfonnya, dan mbok Minah yang akan membukakan pintu pagar untuk Vira.
Tanpa disadari Vira, Rijal yang membonceng Jaja, yang dari tadi telah menunggu di selokan kering di depan rumah kontrakan Vira, menyelinap masuk ke kabin belakang bagian kiri Peugeot hitam tersebut ketika Vira sedang berusaha membuka gembok pagar rumahnya. Dengan berjalan sambil berjongkok, rijal merangkak untuk bersembunyi di balik kursi supir mobil tersebut sambil mempersiapkan celurit yang dibawanya. Suara mesin mobil membuat gerak-gerik rijal tidak terdengar oleh Vira.
Dari jarak sekitar 50 meter, Seto dan Sonny mematikan mesin motornya dan menyembunyikannya di balik pohon nangka yang cukup rindang milik tetangga Vira. Mereka menunggu momen untuk bertindak, sedangkan Jaja masih bersembunyi di dalam selokan tempat dimana ia tadi bersama Rijal bersembunyi.
Pintu pagar telah berhasil dibuka Vira dan didorongnya sampai terbuka lebar. Ia berjalan kembali kearah mobil. Dibukanya pintu Peugeot hitamnya dan Vira kembali duduk di belakang kemudi untuk memasukkan mobilnya ke dalam rumahnya. Begitu Vira menutup pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk memasukkan gigi perseneling, tanpa diduganya, Rijal keluar dari persembunyiannya sambil mengalungkan celuritnya ke leher Vira.
“Jangan macem-macem, nanti gue potong leher lu…” bisik Rijal.
Vira tersentak kaget. Tiba-tiba tubuhnya jadi lemas, kakinya gemetar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangguk. Pada saat itu juga Seto, Sonny dan Jaja menghampiri.
“Masukin mobilnya..!!” perintah Rijal pelan tapi tegas.
Dengan kaki yang gemetar Vira menginjak pedal koping dan memasukkan gigi. Peugeot hitam itupun masuk ke dalam rumah walaupun dengan sedikit tersendat-sendat diikuti motor yang ditumpangi Seto dan Sonny. Dan terakhir, Jaja menyusul tanpa lupa menutup pagar terlebih dahulu.
Kini mereka berada di dalam garasi rumah kontrakan Vira yang cukup besar. Rijal mengeluarkan sebuah saputangan dan menggumpal-gumpalkannya.
“Masukin mulut lo nih..!!!” perintahnya. “Inget, kalo teriak… leher putus”
Dengan amat terpaksa Vira mengikuti perintah tadi. Dimasukkannya gumpalan saputangan itu kedalam mulutnya. Walaupun ada perasaan jijik, mungkin saja saputangan itu bekas mengelap ingus pria tak dikenal itu, Vira berusaha untuk tidak membuat Rijal marah atau tersinggung.
“Ayo keluar..!”
Vira membuka pintu mobilnya. Di luar, Seto, Sonny dan Jaja sedah menunggu. Yang membuat mental Vira lebih jatuh lagi, dia melihat Sonny memegang sebatang golok besar yang panjangnya tak kurang dari 50 cm.
“Mana kuncinya?” tanya Seto.
Vira merogoh kedalam tas kecilnya. Saking paniknya, ia tidak dapat menemukan benda yang ia cari. Akhirnya Jaja merebut tas Gucci dari tangan Vira dan menghamburkan isinya ke lantai.
Setelah kunci yang dicari ketemu, Jaja segera membuka pintu utama rumah kontrakan Vira. Mereka masuk secara berturut-turut. Pertama Jaja masuk, diikuti Seto kemudian Vira yang mulutnya disumpal saputangan. Debelakangnya ada Sonny dengan goloknya dan Rijal terakhir sambil megunci pintu kembali dari dalam.
“Gak usah diidupin semua lampunya, satu aja, biar gak mencurigakan.” Atur Seto.
“Cewe ini lo bawa ke sana, iket yang kenceng.” Lanjut pada Sonny sambil menunjuk sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar tamu. “Lo jagain dia. Jangan sampe kabur. Kalo ngelawan , gorok aja.”
“Oke Boss…” jawab Sonny sambil menggiring Vira ke kamar itu.
Di dalam, Sonny menghidupkan lampu kecil yang cahayanya cukup menerangi seisi ruangan. Diambilnya seutas tali dari tas pinggang yang dipakainya. Sewaktu dia mau mengikat Vira, tiba-tiba terlintas pikiran iseng diotaknya.
Didekatinya Vira yang berdiri di pojokan ruangan. Di keluarkannya saputangan yang menyumpal yang sudah dibasahi liur dari mulut Vira. Saputangan basah itu dilempar Sonny ke tempat sampah kecil di dekat tempat tidur.
“Jam boleh juga tuh.”
“Ini, ambil aja Bang. Tag Hauer...”jawab Vira cepat. “Ambil aja apa yang Abang mau, tapi saya jangan diapa-apain…” Suara memelas keluar dari mulut Vira yang tak berdaya.
Setelah jam tangan itu dikantongi Sonny… “Kalung, cincin, lepas semua deh.”
Dengan segera Vira mengikuti kemauan Sonny karna takut dengan golok mengkilat yang sekali tebas, dia yakin lehernya bisa langsung putus.
“Sekarang buka baju lo..!!!”
“Jangan Bang…” suara Vira bergetar. Panik mulai menguasai dirinya. Air mata menitik dari sudut mata Vira.
“Mau gue gorok..??” nada mengancam keluar dari mulut Sonny.
Dengan ragu-ragu, Vira mulai membuka kancing kemeja kerjanya yang cukup ketat, yang menonjolkan dengan jelas payudaranya. Satu persatu kancing dibukanya. Belahan dada Vira mulai mengintip dibalik blousenya.
“Bbaaang… Ampun Bang…. Jangan perkosa saya…” pintanya. Tapi Sonny tidak bergeming, ia malah menghunuskan goloknya ke dada Vira, sambil melakukan gerakan untuk menyuruhnya tetap membuka bajunya.
Sonny mulai merasa batang kemaluannya mengembang. Dada besar Vira merangsang gairah seksualnya. Tapi Sonny gak mau terburu-buru. Dia mau main-main sedikit dulu sama Vira. Jarang-jarang ada cewek cakep dan semok pasrah begini.
Setelah semua kancing terlepas, Vira membuka blousenya. Gundukan payudara Vira benar-benar luar biasa. Terlebih saat itu Vira memakai beha yang kelihantannya sedikit kekecilan sehingga terlihat menuh-menuhin bungkusnya. Sepertinya payudara Vira berontak ingin keluar.
“Rok juga..!!” perintah Sonny sambil memberi aba-aba dengan goloknya untuk melepas rok yang dipakai Vira.
Vira membuka kancing dan resleting roknya, kemudian menurunkannya sampai ke lantai. Ketika ia menurunkan roknya, mata Sonny terpaku pada kedua payudara Vira yang menggantung ketika Vira menunduk hendak menurunkan roknya. Kemaluan Sonny jadi terasa ngilu karenanya.
Kini tubuh Vira hanya ditutupi oleh celana dalam dan beha saja. Pemandangan yang menakjubkan. Jantung Sonny berdebar-debar.
Sonny mendekati Vira yang sudah setengah telanjang dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pikiran Vira sudah ciut membayangkan apa yang akan terjadi. Bahkan Vira sebenarnya tidak berani untuk membayangkannya. Sonny dengan cekatan mengikat tangan Vira kebelakang punggungnya dengan seutas tali plastik berwarna biru. Simpul ikatan yang dibuat Sonny tidak terlalu kencang, tapi amat susah untuk dibuka. Setelah kedua tangan Vira terikat dengan kuat, Sonny mengikat kedua kaki Vira menjadi satu dengan ikatan yang sama seperti tangannya.
Sonny mengambil saputangan basah tadi dari tempat sampah yang sempat dia buang sebelumnya dan menyumpal kembali mulut Vira. Air mata kembali menetes dari ujung mata Vira membasahi pipinya. Dalam keadaan berdiri, Sonny membalikkan tubuh Vira sehingga posisinya berada dibelakang Vira. Tiba-tiba saja Sonny membekap tubuh Vira dari belakang dan tangannya menggerayangi payudara Vira yang masih terbungkus beha hitam. Pelan-pelan Sonny menyelipkan tangannya ke balik beha Vira sambil terus meremas-remas payudara Vira. Sesekali ia memainkan putting Vira.
“Tetek lo montok banget say…” bisik Sonny ke kuping Vira sambil menikmati daging montoknya.
Vira tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan matanya sambil mengeluarkan air mata yang menetes dari sudut matanya.
Sementara itu, gerombolan rampok lainnya sudah hampir selesai menguras isi rumah. Uang tunai, surat berharga, perhiasan, TV, Audio set, handphone, laptop, BPKB mobil bahkan sampai jam meja Vira diangkut. Di kamar Vira Rijal menemukan segepok uang Dollar Amerika senilai USD 15,000. Tak lupa diambilnya juga cincin emas dan kalung berlian Vira yang bernilai puluhan juta rupiah. Semua sudah mereka masukkan ke mobil Vira.
Jam menunjukkan pukul 1 kurang 5 menit dini hari, saatnya untuk pergi. Seto, Sonny dan Jaja pergi menghampiri rijal ke kamar tamu.
“Waaahhh…. lagi ada yang asyik nih…” ujar Seto ketika ia mendapati Rijal sedang asik meremas-remas payudara Vira. Vira menoleh kearah pintu. Pikirannya kalang kabut. Ia membayangkan apa yang mungkin terjadi pada dirinya pada menit-menit kemudian. Satu orang saja sudah membuatnya takut, sekarang 3 orang lagi akan bergabung melengkapi mimpi buruknya. Tapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Vira ngeri sendiri membayangkannya.
Seto mendekati Vira sambil mengeluarkan sebilah pisau komando dari pinggangnya. Rijal dengan perlahan melepaskan remasan tangannya pada kedua payudara Vira. Ditempelkannya pisau itu oleh Seto ke leher Vira. Tubuh Vira gemetaran. Ia tidak siap untuk mati malam itu.
“Lo teriak, gue gorok…!!!”
Kemudian Seto mengambil saputangan yang menyumpal mulut Vira. Bibir Vira bergetar ketakutan. Jangankan untuk teriak, untuk bernafas saja dia sangat takut. Tapi diberanikannya untuk berbicara.
“Jjjjjangan bbbbbunuh ssssssaya Bang….” pinta Vira.
“Yah.. tergantung…. Lo bisa bikin gue gak bunuh elo gak…?!?!?” ujar Seto dingin sambil memotong tali beha di kedua pundak dan belahan dada Vira. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Payudara Vira yang mengkal ukuran 36 C dengan putting coklat muda. Kemudian Seto memerintahkan Rijal melepaskan ikatan pada kaki dan tangan Vira.
Vira memejamkan matanya. Hal yang ditakutkannya bertambah mendekati kenyataan. Dalam pikirannya, keempat perampok ini akan memperkosanya secara bergantian dan kemudian membunuhnya.
“Ya Allah… tttolong ssssayaaa….” ucap Vira lirih. Ia menyesal sekali selama ini tidak berlaku sebagai seorang muslim yang taat. Sholatnya bolong-bolong. Hutang puasa gak pernah dibayar. Hidupnya diisi dengan hura-hura, mabuk-mabukan dan seks dengan pacar-pacarnya. Mungkin ini balasannya di dunia. Dalam keadaan seperti ini terlintas di benak Vira, jika ia masih hidup besok, ia akan menjadi orang yang taat beribadah dan rajin bersedekah.
Untuk beberapa saat Seto hanya terdiam menikmati pemandangan indah tersebut. Kulit Vira mulus sekali. Perlahan batang penis Seto mulai mengeras.
Seto mundur beberapa langkah sampai akhirnya ia duduk di tepi tempat tidur.
“Ayo.. isep kontol gue..!!”
Nafas Vira terhenti. Di pejamkan matanya. Suara tangis yang tertahan terdengan dari mulutnya.
“Jjjaangan Bang…. Tttolong Bang, jjjjangan…..”
“Mau ngisep ato mau gue potong tetek lo…?!?!?” bentak Seto keras.
Dengan langkah gontai Vira berjalan kearah Seto dan berlutut di hadapan Seto. Jaja, Sonny dan Rijal hanya melongo membayangkan yang sebentar lagi terjadi. Batang-batang penis mereka sudah menjulang menanti giliran.
“Sekarang buka celana gue..!! perintah Seto.
“Bbbang… amppppun Bang…”
Sambil menjambak rambut Vira dengan kuat sampai tubuh Vira terangkat keatas, Seto berbisik ketelingan Vira. “Sekali lagi lo ngerengek, gue potong leher lo. Trus mayat lo gue perkosa rame-rame..!!!”
“Aadduuuhhh…” rintih Vira ketika dijambak Seto.
Dengan perlahan Vira melepaskan sabuk Seto, membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya. Ditariknya jeans belel dan bau itu sampai lepas dari kaki Seto. Dari balik celana dalam Seto, terlihat batang penis yang besar tersembunyi dan siap untuk melengkapi mimpi buruknya. Hati Vira makin ciut.
Dipelorotkannya celana dalam Seto sampai lepas. Vira terkesima melihat ukuran penis Seto. Selama ini, dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria yang kemaluannya sebesar Seto. Didekatinya batang penis itu. Sambil memejamkan mata perlahan dimasukkannya kedalam mulutnya. Vira mencoba untuk menahan napas menahan bau tak sedap dari daerah selangkangan Seto yang membuatnya mual.
“Ayo isep yang bener..!! kata Seto sambil menarik rambut Vira membuat gerakan maju mundur sehingga penisnya masuk semua ke mulut Vira.
“Aahhh…” desah Seto sambil memajamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir dan lidah Vira.
Vira terus mengeluar-masukkan penis dibantu gerakan tangan seto dikepalanya. Tiba-tiba Seto menjatuhkan badannya dan terlentang diatas tempat tidur sehingga penisnya keluar dari mulut Vira. Diangkatnya kedua kakinya keudara seakan-2 dia duduk di kursi.
“Jilatin dubur gue..!!!
Dengan persaan jijik Vira mendekati dubur Seto dan mulai menjilatnya. Aroma tak sedap membuatnya mual dan ingin muntah. Selama ini dalam berhubungan seks, biasanya para laki-laki lah yang menjilati selangkangan hingga duburnya bersih. Rasanya memang luar biasa. Tapi kali ini dia yang harus melakukan pekerjaan menjijikan itu. Belum lagi pikiran bahwa pemerkosanya ini tidah cebok dengan bersih. Hal ini membuatnya tambah mual. Tapi ketakutannya membuat ia menahan mual itu.
Selama beberapa lama Vira sibuk menjilati dubur dan kedua biji Seto. Ia tidak tau kapan ini akan berakhir. Tiba-tiba Seto bangun dan berdiri di sisi tempat tidur. Batang penisnya yang mengkilat dilapisi ludah Vira tegang menghunus.
Dengan kasar Seto menjambak rambut Vira yang sedang berlutut hingga berdiri. Dengan cepat Seto morobek celana dalam hitam, pembungkus tubuh Vira satu-satunya, dengan bantuan pisau komando yang tetap dipegangnya.
KREEEK….KREEEKK….
Vira berdiri telanjang bulat tanpa selembar benangpun melindungi tubuhnya. Ia amat malu sekali, membuatnya menunduk sambil memejamkan mata. Tapi ia benar-benar tak berdaya, tak tau harus berbuat apa. Ia hanya pasrah, semoga mimpi buruk ini cepat berlalu.
“Mmaama… tttolong Virraa…” ucap Vira pelan disela-sela tangisnya.
Seto kembali duduk di tepian tempat tidur. Dengan pelan, ditariknya pinggul Vira dengan kedua tangannya. Kini posisi Vira berdiri tepat di depan Seto yang duduk di tepian tempat tidur.
“Ayo, naik..!!” perintah Seto.
Vira menaikkan kaki kanannya ke tepi tempat tidur dah diikuti kaki kirinya. Sekarang, posisi muka Seto tepat berhadapan dengan belahan dada Vira. Kedua kaki Vira mengangkang mengapit kedua paha Seto.
Dengan pelan Seto mulai melebarkan pahanya, membuat kangkangan Vira semakin lebar. Secara perlahan pula tubuh Vira turun dan lubang vaginanya semakin mendekati batang penis Seto. Vira semakin panik. Penis Seto terlalu besar untuknya. Ditambah vaginanya dalam keadaan kering kerontang.
Tapi Vira tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya. Air matanya kembali deras mengalir.
Kini ujung kepala penis Seto sudah menyentuh ujung vaginanya.
“Aduuuuuhhh….. Sakiiiittt….” rintih Vira ketika ujung kepala penis Seto mulai menembus pertahanannya.
Seto tidak bergeming. Rintihan kesakitan Vira melah membuat birahinya semakin menjadi. Diremasnya kedua payudara Vira dengan kuat.
“Aaaaahhhh…..” Vira kembali merintih kesakitan.
Seketika itu juga Seto langsung menarik tubuh Vira kebawah, membuat sisa penisnya amblas, masuk ke liang vagina Vira.
“AAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHH……… ..” jerit Vira kencang. Kepalanya melayang ke belakang menahan rasa sakit di vaginanya.
Untuk beberapa saat Seto menikmati kehangatan lubang vagina Vira. Tangannya berhenti meremas payudara Vira sebentar, kemudian mulai lagi. Seto juga mulai menciumi dan menjilati leher Vira secara brutal.
Secara perlahan Seto mulai mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira yang kering. Dari lambat, bertahap semakin cepat.
“AAAGGHHH… EEEKKKHHH… AAAAAAGGGHHHH… UUUGGGHHHHHH….” Suara yang terdengar berulang-ulang dari mulut Vira. Napasnya tersenggal-senggal. Matanya merem-melek menahan sakit di pangkal pahanya. Seto amat menikmati momen ini. Kini kedua tangannya melingkar memeluk Vira dengan kuat, sedang mulutnya asik menjilati payudara Vira dan sesekali menggigitnya. Keringat dengan deras mengucur dari sekujur tubuh Vira.
Dalam rasa panik dan sakit yang amat sangat di vaginanya, Vira tiba-tiba merasa liang vaginanya sedikit berair. Ia pun semakin panik. Ia tahu pasti bahwa batang penis Seto telah merobek dinding-dinding vaginanya hingga berdarah.
“Sssaaakiiittt…. Ssssaaakitt…. Ssssaaakiittt….” rintih berulang-ulang.
Tak berapa lama Seto berhenti memompa penisnya. Ia berdiri dan membalikkan badannya sehingga posisi Vira melayang di tempat tidur. Dihempaskannya tubuh Vira ke kasur hingga jatuh terlentang. Sonny, Jaja dan rijal langsung datang membatu Seto. Jaja memegang kaki kiri Vira, Rijal kaki kanannya. Mereka menarik kedua kaki Vira ke arah yang berlawanan ia mengangkang mengekspos lubang vaginanya yang ditumbuhi jembut-jembut halus. Sedangkan Sonny naik ke atas menarik tangan Vira keatas memperlihatkan kedua ketiaknya yang plontos dan mulus sehingga posisi Vira terlihat seperti huruf Y.
Seto mengambil lakban di atas meja dalam kamar itu. Ditariknya sepanjang kurang-lebih 20 cm, dan dirobeknya. Vira memperhatikan apa yang dikerjakan Seto dengan kebingungan. Apa yang akan ia lakukan kepada dirinya?
Tanpa diduga, Seto menempelkan lakban tersebut ke vagina Vira sampai lubang duburnya, menutupi juembut-jembut halus Vira. Vira masih belum menangkap maksud Seto. Tiba-tiba, dengan sekuat tenaga, Seto menarik lakban itu secara seketika.
“AAAAAGGGGGGGGGGGGGKKKKKKKKHHH HHHHHH……………….” Vira menjerit. Kepalanya kembali melayang kebelakang dan matanya terpejam menahan sakit. Air matanya sampai ikut keluar juga.
Dengan sekejab, bulu-bulu jembut Vira tercabut seketika dan kini nempel di lakban. Vagina dan dubur Vira kini mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Tanpa buang, waktu Seto menerjang tubuh Vira dan kembali membombardir liang vaginanya.
“AAAAGGGGHHHH… AAAGGHHHHH… AAAAGGGHHH… AAAGGGGHHH… AAAAGGGHHHH….. EEEKKKHHHHH….”
Vira tak dapat berfikir. Otaknya tidak dapat menerima kejadian ini. Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit di vaginanya. Ia berharap supaya Seto segera orgasme dan mimpi buruk ini berakhir. Tapi Seto tidah secepat itu. Ia benar-benar membuat Vira semakin menderita. Sementara itu tubuh Vira sudah basah kuyub oleh keringatnya sendiri.
Teman-teman Seto memberi semangat pada rekannya yang sedang berada di syurga dunia.
“Ayo To… Sikat terus sampe ledess…” kata Sonny.
“HAHAHAHAHAHA……”
“Jangan berisik, gue mau keluar nih…”
Seto mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan batang penisnya ke liang vagina Vira. Ia dapat merasakan sebentar lagi cairan spermanya akan segera keluar. Sementara Vira bertambah panik, khawatir Seto mengeluarkannya di dalam vaginanya.
“Jjjangan kkeluarin di dalem Bang… Aaaggghhh….”
Seto tidak menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan kecepatannya. Sebentar lagi ia orgasme.
“Ooooogggghhhhhhhhhh…..” desah Seto sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Vira. Vira dapat merasakan cairan hangat mulai mengisi rongga vaginanya.
“Cccaaabutttttttt Baaaaaang……. Aaaaaggghhhhhh….. Ccccaaabuuuttttt….” rintih Vira sambil berusaha mengeluarkan batang penis Seto dari vaginanya. Tapi usahanya sia-sia.
Untuk beberapa saat Seto terdiam, memuntahkan seluruh isi testikelnya. Kemudian ia terkejang-kejang. Setelah itu Seto menjatuhkan badannya ke atas badan Vira. Keringat mereka bercampur. Penis Seto masih tertancap dalam lubang vagina Vira.
Dalam keadaan lemas Seto masih sempat meremas-remas payudara Vira sambil mulutnya menciumi mulut Vira. Vira menangis sejadi-jadinya. Ia takut menjadi hamil.
Akhirnya Seto bangkit, mencabut penisnya dari vagina Vira yang kini penuh spermanya sambil berkata, “Ayo… giliran siapa sekarang…?”
Ketiga rekannya berdiri dan membuka pakaian mereka sampai telanjang bulat.
“Jjjaangannnn Bang… Uddaaahhhh…. Ssssaakit….. Gak ssaangggup llagiiii….” rintih Vira memelas. Tapi perampok-perampok itu tidak menggubrisnya.
Sementara Vira masih terlentang lemas di atas tempat tidur. Keringat mengalir deras diri sekujur tubuhnya sampai ikut membasahi spey dibawahnya. Perlahan Jaja berdiri menghunuskan penisnya ke arah vagina Vira.
“Aaaagggggggghhhhhhhh…..” rintih Vira ketika Jaja memasukkan penisnya sekaligus. Kali ini Jaja tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam menembus pertahanan Vira. Ia terbantu oleh cairan sperma Seto yang masih tertinggal dalam liang vagina Vira.
Dengan cepat Jaja mengeluar-masukkan penisnya seperti layaknya ingin memasukkanya sampai ke usus Vira. Tangannya memegang paha Vira, menarik dan mendorong untuk membatu gerakannya. Isak tangis Vira kembali terdengar.
“Aaaaggghhhh….. Uugggggghhhhh….. Aaaaggggghhhhhhh…” Kali ini rintihan Vira tidak sekeras sewaktu Seto memperkosanya. Hal ini disebabkan sakit yang ia rasakan sudah sedikit berkurang karna vaginanya sudah tidak seseret tadi.
Sementara itu, tanpa disadari Vira, Sonny bergerak dan berlulut diatas dadanya. Ketika Vira baru menyadarinya, Sonny langsung memasukkan penisnya yang sudah bertegangan tinggi itu ke dalam mulut Vira.
“Eehheehhhggggg……Yyyyaaaangggg gaaaaaaaaaan wwaaaaaaaaanggggggggggg….” rintih Vira tak jelas. Kini masalah Vira bertambah. Selain rasa sakit pada vaginanya, suplai oksigennya terhambat oleh penis Sonny yang cukup besar.
Sonny mengeluar-masukkan penisya dengan cepat sambil menjambak rambut Vira dengan kuat. Dunia Vira kini hanya berkisar antara satu penis dimulut dan satu lagi di vaginanya. Pikiran Vira tak menentu. Ia tak tau kapan perkosaan ini akan berakhir. Apakah perampok-perampok biadab itu akan berhenti setelah mereka puas memperkosanya?
“Boss… memeknya manteb benerr….” kata Jaja sembari mengeluar-masukkan penisnya. “Pantes Seto enjoy banget tadi…”
“Iye nih, jangankan memeknya, mulutnya aja enak…” jawab Sonny.
“HAHAHAHHHHAAH……..” tawa pemerkosa-pemerkosa itu.
“Gue berani tarohan, nih cewek pasti emang sering diewek ama temen-temennya.” kata Rijal manambahkan sambil mengelus-elus penisnya menanti giliran.
“Aduhhh…. Gue mau keluar nih….”
Jaja mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira. Ia dapat merasakan orgasme hebat yang sebentar lagi terjadi. Mendengarnya, Vira menjadi panik lagi. Saat ini vaginanya sudah dipenuhi cairan sperma Seto. Apa jadinya bila Jaja menambahkannya. Dia pasti akan hamil.
“Aaaaaaggggghhhhhhhh………..” Jaja menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Vira. Ditahannya penisnya di dalam sampai seluruh spermanya keluar. Vira dapat merasakan kembali semburan cairan hangat di dalam lubang vaginanya. Dalam keadaan mulut tersumpal penis Sonny, isak tangis nya kembali terdengar,
Tiba-tiba Sonny menarik rambut Vira sehingga seluruh batang penisnya hilang di dalam mulut Vira dan menahannya untuk beberapa saat. Kemudian…
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhgggggg gggg….”
Sonny menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Vira. Mata Vira terbelalak. Ia tidak dalam keadaan siap untuk hal ini. Akibatnya, Vira tersedak, dan mau tak mau ia harus menelan seluruh sperma Sonny.
Setelah memastikan tak ada sperma lagi yang tersisa, Jaja mencabut batang penisnya dari vagina Vira. Terlihat cairan putih kental menetes perlahan dari lubang vagina turun ke dubur Vira dan akhirnya ke atas sprey. Rupanya vagina Vira sudah kepenuhan sehingga tak cukup lagi menampung sperma Jaja dan Seto sekaligus. Dengan perasaan puas Jaja memperhatikan cairan sperma-nya yang sebagian besar keluar lagi dari vagina Vira.
“Wah… bakalan hamil nih cewek…” ujarnya sambil tersenyum puas.
“Huahahahhaaa…..” tawa rekan-rekan lainnya, sementara Sonny masih menikmati hangatnya mulut Vira sebelum akhirnya ia mencabut penisnya dari mulut Vira dan duduk di samping kepalanya.
Mulut Vira belepotan karna ia tidak dapat menelan semua sperma Sonny. Saat ini Vira terlihat seperti bintang filem porno yang baru melakukan aksi gangbang. Terlentang bugil diatas kasur dengan kedua kaki mengangkang. Keringat memenuhi sekujur tubuhnya membuat tubuhnya mengkilat. Sperma terlihat berceceran di mulut dan vaginanya.
Untuk beberapa saat mereka membiarkan Vira tergolek telentang sambil menangis terisak-isak. Kedua tangannya menutupi mukanya menahan malu. Apa salah dirinya sehingga harus mendapat musibah ini.
Rijal tidak memberi waktu lama buat Vira untuk beristirahat. Beberapa detik kemudian ia menarik kaki Vira yang sedang telentang keluar dari tempat tidur. Rijal membiarkan pinggang sampai kepala Vira tetap berada di atas kasur. Kemudian dengan sekali gerakan, ia memutar tubuh Vira sihingga posisinya kini tengkurap dengan lutut jatuh ke lantai. Rupanya Rijal akan menyodomi Vira dengan gaya doggie-style.
Menyadari yang akan terjadi, Vira berusaha untuk berontak. Ia amat menentang hubungan sodomi. Selama ini beberapa kekeasihnya pernah memintanya untuk melakukan aksi sodomi, tapi tak ada satupun yang dikabulkan. Menurut pandangan Vira, sodomi merendahkan martabat perempuan. Belum lagi penyakit kelamin yang mungkin ditimbulkan. Oleh karna itu kali ini ia berusaha melawan.
“Jangaaannnnnnn…. Gaaak maauuuuuu….”
Tapi tenaga keempat perampok itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Seto menahan punggung Vira dengan menekannya ke tempat tidur, sedangkqn Sonny menahan kepala Vira.
“Ayo hajar Jal..” kata Seto
Melihat perlawanan yang diberikan Vira, Rijal semakin terangsang. Dengan segera ia memasukkan batang penisnya ke dalam lubang dubur Vira. Secara perlahan dimasukkannya ujung kepala penisnya. Lubang dubur Vira masih perawan, sehingga agak sulit untuk menembusnya.
“Aaaaagghhhh….” desah Rijal ketika kepala penisnya masuk.
“Addduuuuuhhhhhh…. Sakkiiiiiittttt Bannggg… Ampuuunnnnn…. Cabbbbuuuttt Bbaaaaaaang……”
Rijal menikmati rintihan Vira. Dimasukkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi. Ketika pinis rijal sudah separohnya masuk ke lubang dubur Vira, dengan seketika Rijal mendorong sisa penisnya sekaligus kedalam dubur Vira.
“AAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHH…..” jerit Vira kencang sambil setengah melompat.
Kali ini sakitnya jauh lebih parah dibandingkan ketika Seto pertama kali memperkosanya tadi. Vira dapat merasakan Penis Rijal merobek dinding-dinding uterusnya. Ia terus teriak menahan rasa sakit yang amat sangat di liang duburnya.
Karna khawatir teriakan Vira dapat memancing kecurigaan tetangga, Jaja, yang masih dalam keadaan bugil, naik ketempat tidur dan duduk di hadapan muka Vira. Ia memberi kode pada Sonny yang menahan kepala Vira. Dalam sekejap, penis Jaja kini menyumpal mulut Vira, menghentikan teriakan kesakitannya.
Rijal mulai mengeluar-masukkan penisnya ke dalam liang dubur Vira. Ia amat menikmati sempitnya dubur Vira yang masih perawan itu. Rijal tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kotoran-kotoran sisa pencernaan dalam usus Vira akan menempel pada batang penisnya. Ia berkonsentrasi mengeluar-masukkan penisnya saja.
Vira mearung-raung dalam kesakitan. Tapi yang terdengar hanyalah desahan desahan dan isak tangis, karna mulutnya tersumpal penis Jaja
“Eeeegggghhhh…. Eeeggghhhhh… Eeeggghhhhh… Hhhhuuuggggghhhhhhh….”
Rijal tak sanggup menahan orgasmenya lebih lama lagi. Ia memuncratkan seluruh isi testikelnya ke dalam lubang dubur Vira.
“AAaahhhhhhhhhhh…..” desah Rijal puas. Ia mendapatkan orgasme hebat yang diikuti dengan kejang-kejang di sekujur tubuhnya. Rijal membiarkan penisnya di dalam dubur Vira untuk beberapa saat dan akhirnya mencabutnya. Diikuti Jaja, mencabut batang penisnya dari mulut Vira. Para perampok dan pemerkosa biadab itu membiarkan Vira terbaring tengkurap lemas.
Rijal mendapati penisnya di tutupi kotoran-kotoran sisa pencernaan dari usus Vira. Bau tak sedap mulai tercium.
“Anjing… bau banget tai nih cewek…” kata Sonny sambil menutup hidungnya.
“Cakep-cakep, tainya tetep aja bau yah Boss…” sambung Jaja.
“Yang namanya tai mah sama aja baunya, goblok… Mau tainya Britney Spears kek.. yah baunya kayak gini juga…” jawab Seto sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Jal, lo bersihin deh kontol lu di sana.” Lanjut Seto sambil menunjuk kamar mandi di pojokan kamar. “Entar kena penyakit lagi lu…”
“Oke Boss…” Rijal kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan membersihkan penisnya sampai bersih.
Seto mendekati Vira dan menarik seluruh tubuhnya ke atas kasur dan membalikkan badannya sehingga kini Vira dalam posisi telentang. Vira kini dalam keaadaan tidak sadarkan diri. Sakit pada saat Rijal menyodominya membuatnya pingsan. Dari lubang dubur dan vaginanya, cairan sperma bercampur darah menetes perlahan, menggenangi sprey putih tempat tidurnya.
Sejenak mereka menikmati pemandangan ini. Tubuh Vira mendekati sempurna. Sedikit berotot karna dia rajin fitness dan di perindah dengan 2 buah gunung yang besar.
“Mati ga Boss..??” tanya Jaja ke Seto.
“Enggak, pingsan doang. Kita cabut deh dari sini.” jawab Seto sambil melirik arloji jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setenagh lima lewat. Artinya, dalam waktu kurang-lebih 4 jam mereka secara bergantian memperkosa Vira.
Keempat penjahat itu meninggalkan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri dalam kamar itu. Mereka bergegas ke luar. Mobil Peugeot 206 hitam Vira yang berisi harta rampokan mereka dibawa oleh Seto menuju tempat persembunyian mereka. Sedang anggota rampok lainnya pergi dengan motornya masing-masing.
Penutup
Vira ditemukan oleh 3 teman laki-lakinya yang akan menjemputnya untuk datang ke acara reuni SMA mereka sekitar jam 9 pagi. Mereka mendapati pintu-pintu di rumah Vira tidak terkunci. Mereka masuk dan mencarinya ke seluruh ruangan dalam rumah. Salah satu dari mereka menemukan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri di salah satu kamar rumah itu. Sisa-sisa sperma masih terlihat di mulut dan sekitar selangkangannya. Sebelum memanggil ambulans, ketiga temannya itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto bugil Vira dalam keadaan pingsan itu. Mereka berencana akan menyebarkan foto-foto tersebut di jaringan internet lewat komunitas dunia maya mereka, ******.
Setelah 7 bulan perawatan medis dan psikologis, Vira kembali beraktivitas dalam kegiatan sehari-harinya. Ia sudah mulai bisa menerima kejadian naas pada malam itu. Tetapi ia tak dapat menghapus kejadian tersebut dari memorinya. Sampai kapan pun…
TAMAT
Nikmatnya sekretaris cantik
Fabiola, yang biasa dipanggil Febby, seorang wanita cantik berusia 25 tahun. Febby bekerja disalah satu perusahaan pariwisata yang cukup terkenal sebagai sekretaris. Tubuh Febby cukup sintal dan berisi, didukung dengan sepasang gunung kembar berukuran 36B serta wajah yang cantik, membuat setiap pria pasti meliriknya, setiap kali ia berjalan.
Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas, yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak menculiknya.
Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk 'mengerjai' Febby.
Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam, sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu. Dua pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut.
Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.
Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu.
Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan saja para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan kerasnya. Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi rebutan untuk mereka.
Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby dengan nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal paha Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua gunung kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah hingga kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan menjadi bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.
Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu, hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal paha mereka.
Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan Febby pun dipaksa untuk 'mencicipi' buah zakar mereka secara bergantian. Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua kedalam mulutnya yang mungil itu. Wajah Febby yang cantik itu bergantian ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya.
Setelah puas dengan acara 'pemanasan' tersebut Febby pun dipaksa tiduran diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih 'rapat' itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu. Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya diwajah dan mulut Febby.
Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu. Bosan dengan gaya tiduran, Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan kembali 'di embat' bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang menempel di batang penis tersebut.
Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby "dikerjain" dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu.
Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis menempel disekitar wajah Febby yang cantik. Sementara seorang lagi mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan.... croott.... crootttt... croooottttt!!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby, hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk menelannya.
Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani 'air mani' yang kental itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan pemuda berandal tersebut.
Part II
Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai 'dikerjain' oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang masih belepotan sperma. Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu.
Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga kepala Febby tidak dapat bergerak. Setengah jam sudah Febby 'diobok-obok' didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu.
Part III
Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya.
Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby. Dan betapa terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka dengan brutalnya bergantian menyuntikkan 'air mani basi' itu ke mulut Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.
Selesai 'memberi makan' Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hinggga tepat mengenai dahi hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu. Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka puas.
TAMAT
Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas, yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak menculiknya.
Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk 'mengerjai' Febby.
Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam, sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu. Dua pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut.
Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.
Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu.
Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan saja para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan kerasnya. Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi rebutan untuk mereka.
Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby dengan nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal paha Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua gunung kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah hingga kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan menjadi bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.
Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu, hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal paha mereka.
Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan Febby pun dipaksa untuk 'mencicipi' buah zakar mereka secara bergantian. Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua kedalam mulutnya yang mungil itu. Wajah Febby yang cantik itu bergantian ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya.
Setelah puas dengan acara 'pemanasan' tersebut Febby pun dipaksa tiduran diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih 'rapat' itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu. Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya diwajah dan mulut Febby.
Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu. Bosan dengan gaya tiduran, Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan kembali 'di embat' bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang menempel di batang penis tersebut.
Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby "dikerjain" dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu.
Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis menempel disekitar wajah Febby yang cantik. Sementara seorang lagi mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan.... croott.... crootttt... croooottttt!!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby, hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk menelannya.
Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani 'air mani' yang kental itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan pemuda berandal tersebut.
Part II
Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai 'dikerjain' oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang masih belepotan sperma. Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu.
Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga kepala Febby tidak dapat bergerak. Setengah jam sudah Febby 'diobok-obok' didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu.
Part III
Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya.
Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby. Dan betapa terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka dengan brutalnya bergantian menyuntikkan 'air mani basi' itu ke mulut Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.
Selesai 'memberi makan' Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hinggga tepat mengenai dahi hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu. Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka puas.
TAMAT
Langganan:
Postingan (Atom)